[PWM] 13'Acara

91.5K 8.2K 454
                                    

Happy Reading.
Don't forget to vote and comment dear.
💕
°°°

Berjalan dengan cepat meninggalkan teras belakang rumah besar ini, pikiran Elina berkecambuk. Dia ingin marah, menangis, dan menghancurkan semua yang dia lihat saat itu. Termasuk Alby, anak laki-laki yang mengejarnya sekarang rasanya ingin sekali Elina cabik-cabik.

Entah apa salah anak laki-laki itu, tapi Elina sungguh ingin melampiaskan emosinya pada seseorang sekarang.

BRAK!

Perempuan bergaun tidur putih selutut itu menutup pintu kamarnya dengan kencang, menyebabkan hentakan dan suara kencang yang cukup kuat.

"Kak! Kakak kenapa? Bukain pintunya," Alby berdiri tepat di depan pintu kamar Elina, mencoba membuka pintu itu namun tidak terbuka lantaran Elina langsung mengunci pintu tersebut.

"Hiks..." Suara tangis memenuhi kamar bercat putih itu.

Elina duduk meringkuk memeluk tubuh mungilnya sendirian, dingin nya lantai merambat pada kulit paha perempuan itu.

Walau kedinginan pun, Elina tetap saja menangis tanpa berniat pindah dari lantai yang dingin itu.

"Kalau gak buka, aku dobrak!" Alby masih saja terus berceloteh di depan pintu.

Membuat Elina meringis dan mengepalkan tangan nya, perempuan itu melirik pintu kamar lalu berdiri. Berjalan menuju pintu kamar, perempuan itu sempat mengambil botol skincare berbahan kaca yang ada di atas meja rias miliknya. Elina lantas melemparkan botol itu hingga botol berbahan kaca tebal itu terbelah menjadi dua dan membuat isinya berhambur keluar.

"PERGI!"

Teriak Elina, Alby yang berada tepat di depan pintu tersentak kaget lantaran mendengar suara benda yang dilempar tepat ke pintu. Anak laki-laki itu memundurkan tubuhnya selangkah.

"Oke kak," Alby lantas meninggalkan kamar Elina, lalu berjalan kembali ke teras belakang. Tempat kakaknya, Mark, berdiri membelakangi nya.

"Kak!" Seru anak Laki-laki itu sambil mendekati kakak nya.

"Apa-apaan sih tadi itu?" Tanya nya tak senang, karena bagaimana pun Elina adalah orang yang paling Alby sukai dibanding dengan kedua kakak laki-laki nya.

"Kamu masih kecil, tidak akan paham."

Mark menyesap rokoknya sekali lagi, lalu membuang puntung rokok itu sembarangan.

Laki-laki dewasa itu memperhatikan adiknya dari atas sampai kebawah, "ngapain kamu disini?" Tanya nya.

"Harusnya aku yang nanya kakak, ngapain datang kesini?" Anak laki-laki itu malah balik bertanya.

Mark menghela nafasnya, laki-laki itu lantas berjalan meninggalkan Alby. Berbicara dengan Alby memang tidak akan pernah ada habisnya, belum satu pertanyaan terjawab dia malah bertanya tentang pasal yang lainnya.

"Kakak mau tidur dimana?" Tanya Alby sambil mengikuti kakak laki-laki nya itu.

"Di kamar Elina," Balas Mark.

PREGNANT WITH MAFIA [KUBACA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang