Part 7

284 17 0
                                    

Satu minggu telah berlalu, imtihan telah selesai. Saatnya bagi para santri untuk beristirahat, menghilangkan segala penat. Biasanya setelah imtihan usai, pesantren akan mengadakan ziarah wali songo sebagai ucapan selamat kepada santri karena usai melewati fase sulit.

Para santri sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ziarah. Lusa adalah waktu yang tepat untuk pergi ziarah. Semua santri sibuk mempersiapkan keperluan ziarah, mulai dari bus, catering, dan perlengkapan yang lain. Ziarah akan berlangsung selama empat hari empat malam, sehingga para santri harus benar-benar menyiapkan keperluan mereka, terutama fisik mereka.

Hari keberangkatan telah tiba, para santri mulai memasuki bus secara berurutan. Fauzah duduk berdampingan dengan Fitri, sedangkan Fatma dan Anggun duduk di kursi belakang mereka. Selama perjalanan, Fauzah lebih banyak memanjakan matanya dengan pemandangan kota yang ia lihat di balik kaca bus. Sedangkan Fitri, lebih banyak tidur. Kepalanya pusing katanya.
Dalam ziarah ini, para santri diperbolehkan untuk membawa telepon genggam mereka. Sehingga mereka dengan puas dapat mengambil gambar spot yang bagus.

Sesampainya di makam Sunan Muria atau Raden Umar Said yang merupakan anak dari Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Bertempat di Gunung Muria tepatnya di Puncak Colo, terletak di sebelah utara Kota Kudus. Sunan Muria adalah wali yang kuat dan sakti, terbukti dengan lokasi tempat tinggalnya yang berada di Puncak Gunung. Sama dengan ayahnya, beliau menyampaikan dakwahnya secara halus. Beliau dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah sehingga seringkali dijadikan penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak.

Di Muria, banyak spot yang bagus untuk mengambil gambar.

"Eh, guys ayo foto di sini! Pemandangannya bagus nih," ujar Fauzah dengan memasang gaya dua jari.

Cekrek, terdengar suara hasil jepretan dari hand phone Fitri.

"Bagus Zah."

"Ayo bareng-bareng dong." Fauzah menarik tangan sahabatnya.

"Terus yang motoin siapa?" tanya Anggun.

"Eh iya." Fauzah meletakkan jari telunjuknya di dagu.

"Itu ada Gus Umam." Fatma langsung berlari menghampiri pria yang tengah memotret beberapa spot. Fauzah berusaha menghalangi sahabatnya itu, tapi belum sampai dirinya menarik tangan Fatma, dia sudah berlari.

"Em, afwan Gus. Antum sibuk ndak? Kalau tidak, ana boleh minta tolong?"

"Minta tolong apa?" jawab Umam tanpa melihat gadis itu. Dia masih sibuk memotret beberapa pemandangan.

"Em, minta tolong fotoin kami berempat Gus."
Umam membalikkan badannya menatap gadis yang ada di depannya dan ketiga sahabatnya yang tengah menunggu jawaban darinya.

"Baiklah." Umam mulai bersiap untuk mengambil gambar.

"Satu, dua, tiga." Cekrek. Muncul gambar empat gadis di kameranya dengan senyum yang merekah.

"Makasih Gus," ucap Fatma.

"Hem." Umam tersenyum pada empat sekawan itu.

"Gus, apa antum ndak mau foto berdua dengan Fauzah," ucap Fatma. Sepertinya jiwa kejahilannya mulai muncul.

"Nanti, kalau sudah waktunya." Umam memberikan senyum simpul kepada Fauzah sebelum kakinya melangkah.

"Nanti kapan Gus?" Fauzah bergeming, bibirnya bergetar menanyakan hal itu. Harapannya untuk memiliki Umam telah besar, beriringan dengan cintanya yang kian membludak. Kebiasaan Fauzah ketika ia gemetar, pasti ia menggigit bibir bawahnya dan itu membuat Umam tergoda. Sekilas Umam melihat tingkahnya, namun, kemudian ia mengalihkan pandangannya.

MIMPI NIKAH Sama GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang