Di dapur ndalem, Fitri sudah ada di sana membantu Mbak-mbak Khodamah, itu memang sudah menjadi tugasnya. Ketika sudah tidak ada jadwal, ia akan menyempatkan diri membantu di dapur Umi. Lembut, jemarinya mengaduk teh menggunakan senduk. Aroma khas teh melati mengepul, asapnya keluar dari dalam ceret yang Fitri bawa, lengkap dengan beberapa gelas yang tersusun rapi di atas nampan. Pelan, namun, pasti. Mantap Fitri membawa teh tersebut ke ruang tamu. Matanya melirik sekilas pada Umam yang berada di situ, pria itu wajahnya nampak merah semu, entah apa yang membuatnya semalu itu.
Lemah gemulai ia mengisi satu-persatu cangkir dengan teh. Sekilas ia melirik siapakah gerangan tamu Nyai Mira. Dari gelagat Fauzah, Nampak sekali jika itu keluarganya. Ia baru tau jika Fauzah memiliki seorang kakak yang tampan, yah, 11 12 dengan Umam. Namun, tetap saja, cintanya sudah tertambat pada Umam, dan tak dapat teralihkan.
Sedangkan Fauzah sedari tadi hanya memperhatikan tingkah Fitri. Sikap rendah dirinya kembali lagi, melihat perilaku Fitri, ia merasa tak pantas jika harus bermimpi menjadi pendamping Umam, pikirnya Fitrilah yang lebih pantas.
Tidak ada pembicaraan di sana. Suasana hening.
“Euhem.” Terdengar suara deheman batuk yang dibuat-buat.
“Ghodul bashor kakakku.” Fauzah menatap Rohman dengan tatapan menyelidik. Ternyata sedari tadi dia memperhatikan gerak-gerik Rohman yang memperhatikan Fitri tanpa berkedip.
“Dasar mata keranjang, lihat gadis cantik dikit, langsung tak berkedip. Kakak siapa ini sih?” Fauzah terkekeh sendiri.
Rohman hanya nyengir. Dia sudah tertangkap basah oleh adiknya.Menyadari dirinya menjadi topik antara kakak beradik itu, Fitri merasa canggung, bukan apa-apa, ia takut jika Umam cemburu melihat hal itu. Sejurus kemudian ia pergi meninggalkan ruang tamu dan kembali ke dapur.
…
“Habis ini ada pekerjaan lagi atau ndak?” Fitri meletakkan nampannya.“Sudah tidak ada lagi Fit, kamu bisa langsung kembali lagi ke asrama, terima kasih sudah dibantu.” Salah satu khodamah itu tersenyum kepada Fitri.
“Eh, tapi apa kamu ndak mau nungguin Fauzah? Dia kan masih ada di dalam,” sambung khodamah lainnya.
“Eh iya Mbak, aku nunggu Fauzah aja. Biar nanti jalannya nggak sendirian.”
Cukup lama Fitri menunggu Fauzah di dapur. Bahkan Mbak-mbak khodamah juga telah pergi meninggalkannya, katanya ada urusan. Karena sudah terlalu lama, akhirnya Fitri memutuskan untuk kembali ke asrama. Kakinya mulai meninggalkan dapur ndalem. Langkahnya terhenti kala ada seseorang yang memegang pundaknya.
“Fit.” Fitri menoleh dan yang didapati adalah Fauzah.
“Ikut aku bentar yuk Fit.” Fauzah menarik tangan Fitri untuk ikut bersamanya.
“Mau ke mana kita?”
“Sudah, ikut saja.”
Fauzah membawa Fitri ke depan pintu gerbang. Di sana sudah ada Yumna dan Madi -orang tua Fauzah- juga ada Rohman.“Umi, Abi, kenalin ini temen Fauzah, namanya Fitri.” Fauzah memperkenalkan Fitri kepada keluarganya.
Fitri langsung mencium punggung tangan orang tua Fauzah dengan ta’dzim.
“Oh nak Fitri, cantik sekali.” Yumna mengangkat dagu Fitri hingga terlihat rona wajahnya yang bersemu karena dipuji.
“Oh ya Fit, ini kakakku, namanya kak Rohman.” Fauzah menunjuk pada Rohman.
Refleks Rohman langsung menyodorkan tangannya kepada Fitri. Tapi Fitri hanya menelengkupkan tangannya di depan dada, sambil tersenyum melihat ekspresi lucu Rohman.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIMPI NIKAH Sama GUS
RomanceMimpi Nikah sama Gus Synopsis Ini kisah tentang seorang santri biasa yang berharap menjadi istri seorang Gus. Tentang pengorbanan seorang sahabat sekaligus ujian seberapa kuat persahabatan mereka. Kisah cinta sederhana yang bernuansa pondok. Dibungk...