1. Narra Adinda Kusuma

82 24 1
                                    

   Jam menunjukkan pukul tujuh pagi tapi  seorang gadis masih bergelut dibawah selimut tebalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


   Jam menunjukkan pukul tujuh pagi tapi  seorang gadis masih bergelut dibawah selimut tebalnya.
Dering telepon yang terus saja bergetar akhirnya memaksa dia membukakan mata

Dilihatnya nama Amanda yang tertera disana, dengan malas dia menggeser panel hijau, dia sudah jengah dengan Amanda yang selalu menelpon nya di pagi hari untuk hal yang tidak penting bagi nya

"Halo" suara khas masih bangun tidur menyapa indra pendengaran si penelepon

"Ra lo masih tidur? Bukannya hari ini lo ada jadwal pemotretan?" Ujar Amanda disebrang sana. Hampir setiap hari Amanda selalu mengingatkan jadwal pemotretan nya

"Malas" jawabnya singkat

"Ra ini kan demi keba----"

Tut tut tut

Sambungan diputuskan sepihak oleh Narra, dia ingin melanjutkan tidurnya tetapi gedoran pintu membuatnya harus mengurungkan niatnya

"Raa bangun woiii" gedoran pintu itu berasal dari kakak lelakinya. Dengan rambut yang masih acak-acakan Narra berjalan gontai ke arah pintu

"Apaan sih bang" tanya Narra ketus. Dia menatap jengah abangnya itu

"Astagfirullah, sabar" bang Natta menghela nafas dan mengelus dada nya sambil beristighfar

"Dek, ini itu udah jam tujuh lewat bang---" belum sempat Natta menyelesaikan ucapannya. Pintu sudah ditutup kembali oleh sang adik

"Dasar adik ga ada akhlaknya" gerutu nya dengan kesal

Narra menuruni tangga satu persatu, dia berjalan kearah jendela, diluar sedang hujan deras, padahal tadi cuaca nya sedang panas

Narra melihat kearah anak lelaki dan anak perempuan yang sedang bermain hujan, ia jadi teringat kejadian sepuluh tahun yang lalu

"Ra, ayo sarapan dulu" ajak bunda Ellia, namun Narra masih tak berkutik, dia masih melihat kearah anak-anak itu, dia juga tak sadar sendari tadi bundanya sudah beberapa kali memanggilnya hingga tepukan di bahu yang membuat nya kembali ke alam normal

"Bunda?" Tanya Narra dengan heran

"Makanya jangan ngelamun" ucap bunda, Narra hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia mengikuti bunda kearah meja makan, disana sudah ada ayah dan bang Natta

Mereka sudah selesai sarapan, Narra sekarang sedang mencuci piring dan bunda tengah merapikan meja makan, bunda berjalan kearah Narra sembari membawa beberapa piring kotor, bunda meletakkannya dan kembali untuk membuang sisa makanan yang sudah basi

"Bun, abang keluar bentar ya" pamit Natta, ia sudah siap dengan hoodie hitam nya

Bunda dan Narra menoleh bersamaan melihat kearah Natta

"Mau kemana bang?" Tanya Narra dengan selidik

"Ini mau ke supermarket depan komplek" jawab Natta simpel. Narra mengangguk

NarraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang