Raga memarkirkan mobilnya depan rumah. Dia melangkah kakinya masuk ke dalam rumah. Raga membuka pintu kamar sang mama dengan pelan dilihatnya Vina berdiri didepan jendela kamar memandang kosong kearah luar.Vina menengok kearah Raga yang masih setia berdiri di ambang pintu. Vina tersenyum
"Sudah pulang?" tanya Vina. Raga mengangguk dia melangkahkan kakinya mendekat kearah mamanya
"Kamu kenapa" tanya Vina. Raga menggeleng
"Raga gak papa kok ma" ujar Raga diakhiri senyuman.
"Ada masalah dikampus" Vina lagi-lagi bertanya pada sang Putra, Vina melihat raut kebingungan di wajah anaknya. Raga memalingkan wajah enggan menatap mamanya.
"Raga" panggilan lembut itu membuat Raga menoleh
"Raga mau ke kamar dulu ma" ucap Raga
"Raga maafin mama" batin Vina. Satu tetes air mata berhasil lolos dari matanya. Dia mengedipkan matanya agar air mata nya tidak kembali turun.
Raga masuk ke kamarnya dia mengambil kamera yang diberikan Narra. Dia jadi teringat pada gadis itu
"Natta" ejanya saat melihat sebuah stiker nama menempel pada bagian kamera.
"Narra" ejanya kembali mengingat gadis itu tanpa sadar dia sedang senyum-senyum sendiri.
"Gue mikir apa sih" ujarnya saat tersadar dari lamunannya
Raga memindahkan semua foto-foto yang akan dikirimkan kepada pak Gino tak butuh waktu lama bagi Raga untuk mengerjakan semua tugas ini hanya saja Raga sedikit takut jika nilainya harus dikurangi dan hal itu akan membuat mamanya sangat kecewa.
Prang
Suara gelas pecah terdengar dari kamar mamanya. Raga buru-buru berlari melihat kondisi mamanya
Brak
Pintu dibuka kasar oleh Raga dilihatnya Vina tergeletak dilantai.
"Mama" teriaknya. Raga berlari mendekati mamanya
"Ma bangun ma" panggil Raga. Namun tak ada sahutan dari Vina. Raga mengangkat tubuh sang mama dan berlari menuruni tangga.
"Mama harus bertahan, demi raga" ucapnya saat memasukkan mamanya kedalam mobil. Raga meneteskan air matanya melihat kondisi mamanya yang sangat lemah.
Raga mengendari mobil seperti orang gila. Bahkan lampu merah saja diterobosnya dia tak peduli jika setelah ini dia harus berurusan dengan pihak berwajib.
"Sus, suster" panggil Raga saat dia sudah menginjakkan kakinya di lorong rumah sakit
Seorang suster mendatangi Raga dan membawa brankar. Raga meletakkan mamanya di atas brankar dan mendorong mengikuti suster.