6. The Puddle of Memories from the Past

627 70 26
                                    

Karena TOUCH di update 1 bulan sekali, jadi masa hiatusku ga berlaku untuk TOUCH.

Dan buat bbrp komentar yang belum sempet aku bales di workku yang lain, aku minta maaf ya😔







So Happy Reading!







...












Wonwoo menunggu dengan gelisah, tangannya saling meremat satu sama lain. Bibirnya tak henti merapalkan doa dalam diam dan ia tengah berusaha menjadi tetap tenang, walau pun ia tahu keadaannya yang tengah cemas dengan berbagai macam situasi yang berderak begitu cepat tanpa jeda.

Suara langkah kaki membuatnya mendongak, rasa kalutnya semakin melingkupinya ketika melihat Jeonghan datang mendekat dengan Seungcheol yang berusaha menyamakan langkah mereka.

"Apa yang terjadi!"

Itu bukan sebuah pertanyaan, itu seperti sebuah tunduhan padanya, seolah semua kesalahan berada di atas pundaknya. Wonwoo mencoba terbiasa dengan itu, ia sudah berteman akrab dengan rasa sakit dan tuduhan yang tak pernah berujung. "Dia pingsan."

Wonwoo tidak berucap banyak, tidak juga berusaha menjelaskan sesuatu. Karena apapun yang coba ia suarakan tidak akan benar-benar sampai pada Jeonghan. "Sudah aku katakan padamu, jangan dekati Soonyoung lagi.."

Wonwoo menghela napasnya, melirik pintu kamar Soonyoung yang setengah terbuka. "Jisoo sedang memeriksanya.." Wonwoo tidak berniat membalas perkataan Jeonghan untuknya.

Jeonghan berdecak pelan. "Kenapa kamu tidak membawanya ke rumah sakit?! Bagaimana jika ini fatal?"

Seungcheol yang berdiri di belakang Jeonghan mengusap pundak kekasihnya perlahan. "Tenanglah, Soonyoung akan baik-baik saja."

"Bagaimana aku bisa?!" Jeonghan frustasi, tapi Wonwoo hanya menatapnya tanpa emosi.

"Media akan meliputnya jika aku membawanya ke rumah sakit.." Wonwoo menghembuskan napasnya, "dan itu akan menambah pekerjaanmu, saat itu terjadi kamu tetap akan menyalahkanku.."

Jeonghan berdecak pelan. "Memang kamu pikir Soonyoung begini karena siapa?"

Seungcheol menarik pundak Jeonghan untuk menghadapnya, memberi peringatan atas batasan untuk kekasihnya lewat mata. "Jangan lanjutkan."

Jeonghan akan balas berucap ketika Jisoo—dokter yang memeriksa Soonyoung keluar dari kamar. "Kenapa berisik sekali..?" Jisoo terdiam, matanya teralih saat bertemu mata dengan Jeonghan, ia lebih memilih menatap Wonwoo, "aku pikir Soonyoung hanya kelelahan dan stress, dia akan segera sadar.."

Jeonghan diam cukup lama sebelum menarik napasnya dan melepaskan tangan Seungcheol darinya. "Kenapa kamu yang datang memeriksanya?"

Jisoo melirik Wonwoo sejenak sebelum berdeham. "Ada operasi di rumah sakit, jadi aku yang datang.."

Jeonghan menggigit bibirnya, menahan setiap kalimat yang akan terlontar dari mulutnya, ia hanya berdecak pelan sebelum melangkah masuk ke kamar Soonyoung. Meninggalkan Seungcheol yang tengah memijat pangkal hidungnya.

"Kamu baik-baik saja?"

Seungcheol mendongak, menatap Jisoo yang tengah memperhatikannya, gurat kecemasan jelas terlihat dari wajahnya, jadi ia mengangguk. "Ya, hanya sedikit pusing.."

Jisoo menarik senyum di bibirnya. "Istirahatlah yang cukup, jaga kesehatan, jangan terlalu lelah.." Jisoo mencoba tersenyum formal, "dan jangan lupa minum vitaminmu.."

"Ya.."

Mendengar balasan Seungcheol yang seadanya membuat Jisoo menggendikan kepalanya ke arah kamar Soonyoung, mengindikasikan Seungcheol untuk segera masuk dan menemani Jeonghan. Tanpa harus di minta dua kali, Seungcheol segera melangkahkan kakinya, guna menghindari situasi canggung yang tak pernah bisa ia kuasai.

TOUCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang