Sasuke masih memeluk Hinata, mengusap lembut punggung Hinata yang terbuka, menggumamkan kata-kata penenang yang tak pernah ia ucapkan sebelum ini.
Dia masih menerka-nerka kemungkinan yang terjadi pada dua Hyuuga yang tadi dipergoki tengah berciuman olehnya. Lebih tepatnya_Neji yang memaksakan ciumannya pada tunangannya ini.
Dia juga masih bertanya-tanya tentang apa yang dirasakannya tadi, sebuah kemarahan yang meluap saat dia melihat Neji meraup bibir Hinata kasar. Sebuah kemarahan yang tidak pernah dia dapatkan seumur hidupnya.
Dia berhati dingin, dan semua orang tahu itu. Pengendalian dirinya cukup kuat untuk tidak pernah memperlihatkan emosinya di depan orang lain.
Hanya dia dan Tuhan yang tahu, seberapa kuat dia menahan tangannya untuk tidak melepaskan sebuah pukulan_atau mungkin beberapa pukulannya_ pada wajah Neji Hyuuga yang pongah itu. Tidak di tengah-tengah acara pertunangannya sendiri.
Sekarang, saat gadis ini menangis sesenggukan di dadanya, dia mendapati dirinya khawatir, menginginkan Hinata berhenti menangis, ingin melindungi wanita rapuh ini. Selain itu, ada perasaan lain yang lebih kuat, dia justru merasa seperti remaja tanggung yang berusaha sekuat tenaga untuk meredam ketertarikan seksualnya pada teman gadisnya yang membuatnya tertarik.
Dada kerasnya yang bersentuhan langsung dengan dada Hinata yang lembut, membuat darahnya berdesir. Suhu badannya tiba-tiba memanas di tengah dinginnya ruangan di kamarnya yang hanya diterangi remang-remang lampu.
Sasuke ingin sekali memeluk Hinata dengan lebih erat, menempelkan tubuh mereka hingga tak berjarak. Tapi jelas dia tak akan melakukannya. Dia memang brengsek. Namun dia belum pernah, sampai saat ini, memaksakan keinginannya pada seorang wanita.
" Tenanglah, Hinata," Sasuke berbisik lirih di telinga Hinata, "Kau aman sekarang". Sebagai gantinya, dia meletakkan kepalanya di leher Hinata, menghirup dengan kasar harum vanilla yang menenangkan dari tubuh Hinata.
Kedua tangan Hinata memegang kemeja depan Sasuke. Dengan wajah yang berantakan sehabis menangis, dia mendongakkan kepalanya, mengucapkan terimakasih dan kata maaf berulang kali. Tangisannya sudah mereda, dia menghapus sisa -sisa air mata dengan saputangan biru dongker yang baru diberikan Sasuke.
Sasuke memperhatikan dalam diam. Mereka tak lagi berpelukan, tapi jarak diantara keduanya masihlah sangat dekat, "Hinata.."
Sasuke memegangi kedua sisi wajah Hinata, membuat wanita di depannya ini menghadap langsung wajah Sasuke, "Katakan padaku.. Saat kau mengatakan ingin bebas, apa itu Neji..?"
Mata Hinata menjadi tak fokus, dia melirik kemanapun, menghindari onyx Sasuke.
Setelah bebebrapa saat, Hinata mengangguk lemah. Merasa belum siap untuk mengakui hal itu pada siapapun, terlebih pria dingin di depannya ini.
"Ta-tapi.. Di-dia tak seburuk ya-yang kau pikirkan, Sasuke"
Sasuke bisa menangkap gurat kesedihan di mata Hinata. Meski begitu, hal itu tak menyurutkan amarahnya pada kelakuan Neji.
"Ya, Hinata. Dia separah yang aku pikirkan," katanya. "Jika tidak, lalu mengapa kau nekat menawarkan pernikahan itu padaku, hm..?"
"I-itu. A-aku punya a-alasan sendiri"
"Hn..?"
Hinata meremas kedua jemarinya, terlihat resah dan kebingungan sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Sasuke, "Bi-bisakah ki-kita membicarakan ini lain kali saja..? A-aku sedang tak ingin membahasnya.. . "
Sasuke mendesah pelan. Dia ingin tahu, tapi melihat kondisi gadis di depannya yang mengenaskan ini, dia akhirnya menyetujui untuk membicarakan masalah ini lain hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Proposal
RomanceSasuke Uchiha, cassanova tampan yang harus terikat dengan surat wasiat keluarganya. Membutuhkan seorang calon pengantin dengan background bagus, jika tidak, namanya akan terhapus dari daftar keluarga Hinata Hyuuga, Lady dari klan Hyuuga yang ingin...