" H A P P Y R E A D I N G "
Setelah pelajaran telah selesai, bel lonceng berbunyi pertanda waktu jam istirahat kedua. Para murid berlarian menuju kantin. Rachel masih berada di dalam kelas, serta teman-temannya. Kemudian gadis itu bingung kenapa mereka sekarang meninggalkannya sendirian dengan alasan mau ke kantin sebentar. Terus Lili dan Iren pergi ke toilet. Drama apa lagi ini.
Rachel mendengus malas, lalu melipatkan kedua tangan menelungkupkan wajahnya diatas meja. Matanya terasa berat alias ngantuk. Rachel terlelap begitu saja, waktu istirahat adalah jam yang pas untuk tidur sejenak. Meski kelakuannya kalem dan bisa dibilang baik, tapi Rachel suka tidur dikelas saat jam istirahat atau jam kosong.
Sepasang netra memandangi gadis kalem yang tengah terlelap. Farrel sengaja duduk pas dihadapan wajah yang sekarang berpindah miring ke kiri. Karena sinar matahari disiang hari ini sudah menganggu lelapnya Rachel. Farrel berusaha menutupinya dengan tubuh kekar dan tinggi badannya. Eum.
Sampai jam istirahat habis, Rachel belum bangun juga. Seketika semua murid tidak ada yang bersuara, melihat Farrel yang sedang memandangi Rachel sedang tidur. Mereka tahu tanpa diberi penjelasan oleh Farrel.
Mungkin sudah cukup puas molor apalagi tidak ada yang menganggu. Seketika ia kaget melihat Farrel berada disebelahnya yang tengah mengerjakan tugas. Sampai Rachel menjaga jarak, mencari keberadaan sosok manusia ribet dan ternyata dia ada disebelah Gavin. Apa ini sengaja?
"Lo nyenyak banget, tidurnya." ujar Farrel tanpa menoleh, cowok itu sok sibuk dengan tugas yang sama sekali tidak bisa dimengerti.
"Ngapain lo disini?"
Farrel menoleh, kemudian menopang sagu memandang Rachel seraya menyungging senyum tipis. Cewek itu nampak tidak nyaman dipandang oleh mata hitam serta bisa meluluhkan dirinya. Rachel memilih membuang muka, lalu mengambil buku di ranselnya.
Rachel memperhatikan sahabat-sahabatnya yang terlihat begitu kaku seolah tidak melihatnya. Rachel berdecak, ingin sekali menghujat mereka karena membiarkan Farrel melihatnya tidur. Rachel malu sendiri. Betapa jeleknya dia ketika tertidur. Huaaaaa.
****
Sepulang sekolah Farrel langsung pulang. Karna ia tidak mengikuti Extracurricullar apapun. Cowok itu mau membuka pintu tapi seketika berhenti saat melihat Rachel dan Gabriel tengah mengobrol entah apa yang menjadi topik obrollan mereka. Cih, Farrel memandang tidak suka ke arah keduanya.
Farrel berniat menghampiri mereka, tapi apa yang akan menjadi alasannya? Bahkan Farrel bukan siapa-siapanya Rachel, tujuannya hanya mengusik gadis itu. Ah molla, Farrel tak bisa menahan emosi yang meluap didalam dirinya. Semakin Rachel mengumbar senyum dan tertawa saat bersama Gabriel. Dadanya sesak dan serasa berdesir. Apa maksudnya ini?
"Woy, jadi ke markas dulu, nggak?" sapa Gavin kemudian menatap mata Farrel yang sedang memandangi kedua manusia yang tengah mengobrol menuju parkiran.
"Yaelah, Gabriel gercep juga. Lo jangan mau kalah Rel, Rachel cakep! Banyak yang mau, tau." seru Gavin
Farrel menyungging senyum remeh,"Tunggu tanggal mainnya." Tatapan tajamnya memudar lalu masuk kedalam mobil disusul oleh Gavin.
"Btw, lo beneran nggak naksir sama Rachel?" tanya Gavin,
"Kenapa?" Farrel mengatakannya tanpa menoleh, ia fokus menyetir dengan satu tangannya. Satu tangan yang bebas sedang memijit kening pelipisnya. Pertanyaan Gavin kenapa sulit untuk ia jawab, padahal niat Farrel hanya ingin mengusik dan mempermainkan Rachel. Tapi, kini perasaannya berubah ada sesuatu yang menjanggal di hatinya.
"Ya, ya Rachel kan cakep, cakep banget malah. Masa iya lo nggak naksir." Gavin was-was, bisa saja nanti ia mendapatkan bogeman dari cowok nakal yang menjadi sahabat karibnya. Gavin tidak percaya jika nanti Farrel mengatakan tidak. Nyatanya, Farrel sangatlah peduli dengan gadis itu.
Hu-hu.
Farrel ingin menghentikan mobilnya lalu melempar Gavin ke jalan. Cowok itu banyak bacot, membuat Farrel seketika pusing mana tidak ada faedahnya pulak. Ya ada benarnya juga sih Rachel gadis yang cantik. Cocok juga untuknya. Farrel mengukir senyum membayangkan gadis itu tercipta untuknya.
****
"Ra!" sapa Gabriel,
Mereka kembali bertemu disebuah caffe, Iren dan Stella memandangi wajah ganteng cowok itu meski bermasker hitam ditambah topi hitam yang terlihat seperti Idol. Jiwa perawan mereka meronta-ronta tertahan tidak jelas. Ganteng! Cakep, astaga.
"Eh, iya. Lo ngapain disini?"
"Ya, gue sering kesini, hampir tiap hari, malahan."
"Ouh, gitu." serta menggangguk-anggukkan kepalanya paham. Matanya memandang kearah 2 sahabatnya yang seperti kepanasan tidak jelas.
"Kalau gitu, kita duluan ya. Bye Gabriel!" pamit Rachel kemudian menarik pergelengan tangan Stella pluss Iren.
"Oke, hati-hati ra!"
Iren memutarkan bole matanya malas, bibirnya mulai bergerutu tanpa suara. Seolah mengatakan 'Baru juga gue mau bertatap muka sama gabriel ehh ditarik, hisss nggak seru banget si rara.' sepertinya Stella mengatakan hal yang serupa. Secara frontal "Ra, lo asem banget sih, baru juga mau liat Gabriel buka masker. Malah ngajak kita pulang gagal deh liat secara dekat."
Rachel mengernyit "Ha? Oh, iya ini pembalasan buat tadi dikelas. Ngapain lu bedua ngebiarin gue duduk bareng Farrel. Astaga pas gue molor lagi. Tega kelen!"
"Masuk PAK EKO! ternyata Rachel nggak beda jauh ama kita haha. Pendendam cuk!"
"Gue nggak dendam, cuma iseng aja."
"Iseng? Oke tadi kita juga iseng, ngebiarin elo duduk sama Farrel." balas Iren.
"Tuhkan, makin ngeselin."
"Tadi tuh emang Farrelnya yang maksa, kata dia nggak akan macem-macem kok. Serius, ya udah kita percaya aja. Dan ngawasin lo dari luar kelas ra. Ya kali gue mau ngebiarin si fucek itu berduaan sama Lo!" tukas Stella, persahabatan yang solidnya lumayan tapi kadang aura-aura persaingan juga terpancar. Alias mereka-mereka kalah saing dengan Rachel.
To be continued❤


Double up!
Oh iya, akan ada trailer nanti❤
Tunggu yahh
KAMU SEDANG MEMBACA
• My FucekBoy🔥•
Fanfic[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Farrel Aristide Keano. Badboy pemilik tatapan tajam yang mematikan serta sikap tidak peduli kepada siapapun kecuali Gadis yang bernama Rachel. Kelakuan bejatnya memang tidak pernah berkurang bahkan semakin menjadi. Pemaksa...