• H A P P Y R E A D I N G •
"Woi, besok libur kita main yuk. Nonton gitu!" seru Iren dengan suara cemprengnya. Sampai Derry ingin sekali melemparkan spidol ke arah gadis itu.
"Mager ah," respon Rachel,
"Yah, sekali-kali gitu. Kita ke puncak hyunk!!!!" Iren bersemangat.
"Iya Ra, dari pada dirumah mulu. Seenggaknya cuci mata lah." timpal Siska.
"IYA, gue ikut!" jawab Rachel tegas,
"Gue ikut!" sahut Derry dan Farrel bebarengan, kikuk. Tatapan keduanya bertubrukkan, Derry nyengir seraya memperlihatkan gigi rapihnya. Tapi Farrel mengernyitkan alisnya. Karena tangannya disenggol oleh Derry, Farrel ikut spontan menjawab. Lagi pula ini sungguh mengasyikkan dong. Liburan biar nggak pucet.
Pandangan mereka teralih ke tiga cowok berandal yang duduk di sebrang sana. Mereka ikut-ikuttan menjawab dengan logat mengedikkan bahu. "Biasa aja liatnya," celetuk Derry. Zulki melirik heran, kenapa kedua temannya ini aneh. Iya, sih enak main bareng cewek-cewek cakep.
"Ngeri kalau Farrel ikut, ih." ujar Siska.
"Oke, tapi kalian harus nurut sama kita!" seru Iren.
"Cih, ogah!" Farrel berdecih tak minat.
"Tapi bilang, mau ikut?" Rachel bersuara dengan nada yang lemah lembut.
Keduanya saling bertatapan, sampai-sampai orang di kelas seperti patung.
"Hayo, kesambet setan nanti! Pamali tatap-tatapan mulu." cibir Iren,
Iren mendapatkan tatapan tajam dari Farrel, seperti ingin memangsa dan mencabik-cabik mulut rombengnya!
"Ah, elah becanda doang. Bro." iren santai, padahal ia juga takut jika Farrel terus-terussan menatapnya.Bukan semakin suka, tapi mengerikan sekali.
****
"Lo yakin, Farrel mau ikut?" tanya Stella,
"Iyalah, ikut, kan dia naksir sama Rara." sahut Iren, dengan sengaja mengeraskan suaranya.
Rachel menghela nafas sabar, memilih untuk tidak berkata apapun jika tentang Farrel. Rachel sendiri saja bingung, apa yang ada dipikiran cowok itu. Baru setengah perjalanan menuju kantin, kedatangan Gabriel mengejutkan Rachel. Ditambah luka lebam dan bonyok seperti Farrel kemarin. Apa mungkin ini???
"Boleh gabung?" tanya Gabriel seraya menunjukkan senyum ramah. Kedua temannya pun ikut serta tersenyum.
"Mon, maap. Kita cukup berlima doang ya, nggak nambah nggak kurang." celetuk Iren. Biasanya paling gercep ya dia, tapi karena sedang mengincar Andra. Iren sok jual mahal.
"Ouh, iya sudah kalau gitu." balas Gabriel matanya tak lepas menatap ke arah Rachel.
"Maaf, kita bisa lain kali, ya."
"Ok, gue tunggu."
Bukan sok jual mahal, hubungan Gabriel dan Farrel tidaklah baik. Mereka tahu kalau Gabriel juga mendekati Rachel. Tapi, untuk melindungi sahabat polos bin kalem. Iren tidak membiarkan Rachel jadi taruhan. Akal licik, cowok-cowok kan suka gitu. "Nggak salah kan, gue bilang gitu?"
"Nggak, tapi lo terlalu pedes ngomongnya!" cibir Siska.
"Eh, bapak Harry guru olahraga punya Abs, kayak oppa korea. Aduh, mantep!" Heboh iren, dengan langkah lambat ia mengintip Pak harry sedang berganti baju.
"Heh, ketauan malu lu." peringat Stella.
"Lagian ganti baju, di lorong kecil begini. Rezeki buat gue!"
Guru olahraga paling muda umur 25 tahun berpawakan atletis. Panggil saja Pak Harry. Sepertinya, baru selesai mengajar anak kelas 11 sampai berkeringat sekujut tubuhnya. Melepas baju secara tiba-tiba di lorong, sebagian murid melihatnya. Mata mereka membulat sempurna, tentu. Abs nya jangan kelewat!
"Ya, ampun. Aaahhh."
"Kotak-kotak. Uy!"
Ketika Iren menoleh ke belakang sahabatnya sudah meninggalkannya. Gadis itu bergerutu sebal, lalu melangkah cepat. "Yakkkk!!!! Kissssagyaaa!!!!!" pekik iren memakai bahasa asing yang tak bisa di artikan.
"Tega banget, kalian sama gue!" ujarnya ngos-ngossan.
"BODO AMAT!"
"Yang mau pesen gue atau siapa gitu?"
"Gue lah," sahut Iren, sebelum memesan ia merapikan rambutnya serta memuncung-muncungkan bibirnya.
"Iya, udah cantik." ujar ke empatnya kompak. Padahal Iren belum mengatakan apapun. Gadis itu tersenyum bahagia, lalu berjalan dengan gaya kalem.
"Modus banget sahabat gue, ya ampun." ujar Stella, pening melihat gelagat sahabat kecilnya yang tidak pernah bersikap dewasa. Iren selalu ceria dan dongo banget. Paling tidak mempan kalau mendapat cibiran dan celetukkan dari sahabatnya. Coba saja dari orang lain, Iren akan mengeluarkan jurusnya.
"Biarin aja, kasian jomblo mulu." sahut lili.
"Tapi, akhir-akhir ini Derry juga suka merhatiin Iren."
"Iren itu cantik, banyak yang suka sama dia. Tapi, dianya aja nggak sadar."
"Belum waktunya, sekarang lagi gebet Andra, lebih baik kita bantu dia."
"Andra jutek, susah dideketin sama cewek."
"Iren cewek super, nggak akan nyerah gitu aja.
"Bener, bener banget."
"Bocahnya balik, sok sibuk yuk!"
***
Farrel menikmati angin malam yang menerpa tubuhnya. Menatap langit-langit tanpa bintang bersinar. Tak memiliki tujuan apapun saat ini, hati kecil Farrel hanya ingin kembali seperti dulu. Asik bermain bersama teman-teman didampingi oleh kedua orang tuanya. Saat Farrel terjatuh karena tersandung papa langsung menolong dan menggendongnya. Ibunya langsung memberikan obat untuk mengobati kakinya yang terluka.
Luka kecil saja di obati.
Sekarang hanyalah bayangan pahit dipikirannya. Farrel tidak mau larut dalam kesedihan malam ini. Pemuda itu memilih untuk masuk ke dalam kamar. Baru saja membuka ponsel, lagi-lagi mendapat beberapa panggilan tak terjawab. Farrel tahu, menghindar bukan jalan keluar. Rasa sakit itu pasti akan terus menghantuinya sampai kapanpun. Farrel mengabaikannya lagi, lalu membuka Galeri yang berisi beberapa foto. Melihat foto gadis ceria yang ia jepret diam-diam. Ternyata lumayan bagus juga, Farrel sedikit demi sedikit melupakan bayangan itu.
Hatinya yang kaku, hidupnya yang gelap akan terang jika gadis itu berada di sisinya. Iya, Farrel mengakui kalau hati dan perasaan tidak bisa di bohongi. Farrel menyukai Rachel. Lelaki itu tersenyum dengan bibir bergetar. Cinta, apa ini rasanya jatuh cinta kepada seseorang. Sampai bisa menguatkan diri demi orang itu.
Farrel terkekeh, kemudian merebahkan tubuhnya di kasur empuk. Akhirnya ia terlelap dengan mimpi yang indah malam ini.
To be continued❤
KAMU SEDANG MEMBACA
• My FucekBoy🔥•
Fanfiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Farrel Aristide Keano. Badboy pemilik tatapan tajam yang mematikan serta sikap tidak peduli kepada siapapun kecuali Gadis yang bernama Rachel. Kelakuan bejatnya memang tidak pernah berkurang bahkan semakin menjadi. Pemaksa...