- Chapter 21 •

887 48 5
                                    

Vote dan Komen
Kawal sampe tamat ye wkwk

Happy Reading!

Visual lagi kesangkut gaes, wkwk yang penting up dulu.

Farrel berusaha untuk berjalan sembari memegangi bibirnya yang berdenyut nyeri. Pulang dalam keadaan babak belur membuat Sang ibu langsung khawatir pada Farrel. Tapi saat sang ibu membantunya Farrel menghempaskan tangan itu. Tidak perlu bantuan apapun, ia langsung menuju kamarnya. Bahkan tak melirik sedikitpun.

"Xellin kamu bantu Farrel ya, tante mau kamu harus mendapatkan hatinya." suruh Liana kepada Xellin.

"Baik tante," Xellin menyusul Farrel ke kamar, tapi saat cewek itu berada di depan pintu. Merasa gugup dan tak yakin akan membantu Farrel, pasti cowok itu malah marah-marah padanya.

"Duh, masuk nggak ya?" tanya nya, lalu memegang handle pintu kamar Farrel.
Ingat Xellin, demi uang kamu harus mau menuruti apa kata Tante! Sttt, ucapan itu terbesit di otak Xellin, jadi ia harus harus masuk ke dalam kamar Farrel. Jika tidak, semuanya akan hilang begitu saja.

"Farrel," panggil Xellin setelah berhasil masuk, lalu mencari keberadaan Farrel karena lampu tidak dihidupkan. Ternyata cowok itu sudah berada di atas ranjang dengan pakaian seragam.

"Apa aku harus bukain bajunya terus sepatunya, gitu?" tanya Xellin dengan dirinya sendiri.

Gadis itu memberanikan diri untuk melepaskan sepatu Farrel, lalu merubah posisi yang benar. Melihat wajah tampan Farrel, Xellin merasa kalau dirinya terkagum. Manusia ganteng, tidak mungkin Xellin akan menolak mendekati Farrel.

Saat Xellin akan mengobati luka, matanya tertuju pada bibir Farrel yang begitu sexy. Xellin meneguk ludah, lalu kembali fokus pada tujuannya. Tapi, ketika Farrel membuka mata terkejut melihat Xellin di hadapannya. Cowok itu langsung mendorong dan mengusir Xellin dari kamarnya.

"Pergi!! Lancang banget masuk kamar orang!" bentak Farrel murka, beraninya cewek yang sama sekali tidak ia kenal masuk ke dalam kamar
.
"Maaf, tapi aku mau ngobatin luka kamu." balas Xellin lembut, sembari menundukkan kepalanya takut.

"Nggak usah sok peduli! Mending keluar dari kamar gue!" sentaknya kasar, tidak peduli ucapannya menyakiti perasaan Xellin.

****

Perdebatan antara Reyhan dan Rachel membuat keributan di rumah. Papa Ravindra pun menengahi dan membela Rachel, tentu membela sang anak. Reyhan tidak terima, kalau saja ada apa-apa dengan Rachel. Pasti Ravindra juga akan menyesali pembelaannya.

"Apa dia musuh kamu?" tanya Ravindra
Reyhan langsung terdiam, keempat mata tertuju padanya. Begitu juga Rachel menatap curiga ke arah sepupunya. Jadi, selama ini Farrel adalah musuhnya? Pantas saja Reyhan melarangnya untuk dekat-dekat Farrel.

"Beneran Rey?" tanya Rachel memastikan kebenarannya.

"Iya! Dia orang bejat Rachel, berandal! Dia nggak pantas buat kamu!"

"Jaga ucapan kamu ya Rey! Dia itu nggak seburuk apa yang kamu bilang!" sarkas Rachel tak setuju apa yang dikatakan oleh Reyhan.

"Pa, Reyhan keterlaluan banget!"

"Sudah-sudah, jangan ribut ini sudah malam! Kalau memang ucapan Reyhan benar, kamu harus jauhi Farrel. Kalau ucapan dia salah, Reyhan akan papa kasih hukuman!" ujar Ravindra

Rachel jengkel, kenapa papa nya malah bilang seperti itu. Lalu bagaimana jika benar, aahh tapi kan Farrel sudah berubah tidak seperti dulu. Rachel marah. Ia pun langsung berlari menuju tangga dan masuk ke dalam kamar. Reyhan benar-benar membuatnya kesal. Ck, kenapa harus Farrel sih.

Mendapat pesan dari sang pacar, membuat Rachel sedikit meredakan kesalnya. Ia senyam-senyum ketika membaca pesan itu.

"Ya udah kamu istirahat ya, jangan lupa mimpiin aku!" pesan suara itu membuat Rachel terkekeh. Betapa lucunya suara Farrel.

"Iya oke, kalau gitu kamu juga. Sampai bertemu besok!" balas Rachel. Lalu membanting tubuhnya ke ranjang, tak berhenti tersenyum bahagia. Semoga saja, Farrel akan tetap membuatnya bahagia selamanya.

****

Keesokan harinya...
Farrel mencoba bangun tapi tidak bisa, badannya terasa sangat sakit akibat semalam berkelahi. Ia harus bagaimana, pasti Rachel akan khawatir padanya. Ia pun sempoyongan badannya sakit semua. Luka memar terasa nyeri. "Ck, gimana aku mau sekolah hari ini." gumamnya bingung, kalau dipaksakan juga dia sendiri yang tersiksa.

Karena sarapan sudah siap, sang ibu pun masuk menemui Farrel. Mengajak anaknya untuk sarapan bersama, "Farrel, ayo sarapan dulu." bujuk Liana sembari duduk di tepi ranjang.

"Luka di wajah kamu mama obatin dulu ya, nak." ujarnya lagi sembari menyentuh pipi Farrel. Tapi mendapat tepisan kasar dari Farrel. Harus kah seperti ini?

"Sampai kapan kamu harus kayak gini sama mama,"

"Kenapa baru muncul sekarang? Kenapa di saat aku nggak butuh mama dateng. Ck, bawa orang lancang seperti dia!" celetuk Farrel tak sudi untuk menatap ibunya.

"Mama tau mama salah. Mama minta maaf untuk kesalahan semuanya. Meski telat, mama pengen kamu bahagia sekarang." sesal Liana, seorang ibu mana sih yang bisa jauh dari anaknya kecuali terpaksa karena sebuah pekerjaan.

"Mama baru menyesal sekarang? Dimana saat aku sendirian tanpa ayah dan ibu. Bahkan aku tinggal di sini, mana kalian tahu? Cih, aku muak ma sama hidup ini!" cetus Farrel, mengatakan semua yang ia rasakan. Mengingat pertengkaran orang tuanya, perceraiannya. Membuat Farrel menjadi takut memiliki keluarga.

Farrel memilih tinggal sendirian pada saat itu, berharap salah satu dari orang tuanya mengawasi dan menjenguk. Tapi, tidak ada sama sekali. Mereka sibuk dengan hidupnya sendiri, siapa yang tersiksa? Siapa yang membutuhkan? Farrel benar-benar membencinya!

To be continued

• My FucekBoy🔥•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang