4

58 22 1
                                    

"Ayo Yon!" Fayya menarik lengan Deon menuju parkiran.

"Eh eh Fayy" Deon tersentak begitu saja, bahkan tubuhnya hampir terhuyung.

"Lo gabisa diem terus Yon, lo harus buktiin ke Sania kalo lo baik-baik aja tanpa dia" Fayya berkata dengan menggebu-gebu dan berjalan dengan menghentakkan kakinya.

Deon terkekeh, "Santai kali Fayy, lo keliatan kaya mau ngelabrak orang tau ga" Perlahan Deon melepaskan tangan Fayya dilengannya lalu menautkan jari keduanya.

Fayya tertegun menatap jarinya yang tertaut erat dengan milik Deon.

"Udah ayo" Deon melangkah lebih dulu.

Fayya tersenyum dan mengikuti langkah Deon dengan santai sambil terus melirik tangannya.

Fayya dan Deon terus berjalan menuju parkiran sampai Sania menyadari kehadiran keduanya.

Sadar sedang ditatap oleh Sania, Fayya melambaikan tangannya antusias.

"Hallo kak Nia!!"

Sania tak membalas, Gadis cantik itu malah menatap Deon.

"Kita duluan ya" Deon tersenyum pada Sania.

"Dahhh!!" Fayya tak bosan bertingkah ramah, namun Sania tak menggubris.

Fayya dan Deon berjalan melewati Sania yang menatap keduanya dengan tatapan tak terbaca.

Deon merangkul bahu Fayya, menarik gadis itu semakin merapat dengan tubuhnya. Jantung Fayya sudah jedag-jedug tak karuan. Perasaan gadis itu melambung tinggi.







Setelah sampai di gerbang sekolah, Deon melepaskan rangkulannya.

Fayya sedikit kecewa, namun segera memposisikan diri, "Gila Yon!! Keren banget lu! Gue yakin abis ini Sania ga bakal seenaknya lagi"

Deon menghela nafas berat dan berjalan meninggalkan Fayya menuju warung depan sekolah untuk mengambil motor. Fayya tersenyum kecut. Perih rasanya.

Gadis itu berlari kecil menyusul Deon "Yon tunggu elah"








Sekarang Deon sudah duduk manis diatas motor maticnya. Cowok itu lebih senang memarkirkan motornya disini— di warung depan sekolah— karena Deon tak perlu repot-repot menyerahkan SIM dan STNK untuk diperiksa. Tidak seperti parkir di sekolah, harus ini lah itu lah, ribet.

"Lo jalan cepet banget si, cape gue" Fayya berdiri di depan Deon dengan nafas ngos-ngosan.

"Lo nya aja yang lambat"

Fayya hanya mendenguskan hidungnya.

"Eh bukan lambat, tapi kaki lo pendek. Ga sebanding nih sama kaki gue" Cowok jangkung itu memamerkan kakinya.

Fayya menendang kaki Deon sedikit kuat sampai si empunya meringis kesakitan.

"Enak aja lo ngomong. Gue tuh di kelas jadi cewek paling tinggi tau. Jangan sembarangan!"

Deon terbahak, "Pantes lah paling tinggi, kelas lo isinya cebol semua"

"Heh! Gue bilangin Lista lo!" Fayya menyebutkan teman sebangkunya yang paling sensitif jika sudah membahas soal tinggi badan.

Deon langsung kicep. Bukan apa-apa, Lista kalau ngamuk taringnya bisa keluar kaya babi difilm sun go kong.

Sekarang gantian Fayya yang terbahak melihat wajah takut Deon.

hold meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang