5

41 17 0
                                    

Setelah berkeliling mencari-cari buku di gramedia, Fayya dan Deon memutuskan untuk beristirahat di salah satu kafe dekat pintu keluar.

Suasana kafe tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa pengunjung yang sibuk dengan urusannya masing-masing.

Fayya dan Deon duduk di meja yang menghadap keluar, sehingga keduanya dapat melihat orang-orang yang berseliweran di sekitar kafe.

Makanan yang mereka pesan sudah habis sejak Deon bersendawa lima menit yang lalu. Sekarang pemuda itu sedang menyumbat telinganya dengan earphone sambil mengutak-atik ponselnya.

"Yon"

Deon hanya bergumam.

"Deon"

"Hmm" si pemilik nama masih setia memainkan ponselnya.

Fayya berdecak, "mau pulang kapan?"

Deon tak menggubris, malah membenarkan posisi earphone ditelinganya.

"Yon ngapain sih?!" Gadis itu mulai kesal.

"Ini nih anak jurnal rame banget"  Tak sedetikpun pemuda itu berpaling dari ponselnya.

Fayya memanyunkan bibirnya. Deon tuh kebiasaan, kalau sudah sama hp, yang lain dicuekin.

"Yon" Fayya melipat kedua tangannya diatas meja.

Lagi, Deon hanya diam.

Fayya meletakkan dagunya diatas lengan yang terlipat, gadis itu meperhatikan pemuda yang duduk didepannya.

Deon memang tampan, kulit kuning langsat, matanya tajam dengan alis menukik, tulang hidung sedikit menonjol, rambut yang jatuh didahinya menambah kesan keren pada cowok itu.

Fayya menikmati moment ini, moment dimana dia bisa dengan bebas meneliti wajah Deon. Jujur, dadanya menghangat, perasaannya melambung tinggi. Sekarang dia dan Deon terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang berkencan. Fayya tersenyum geli.

"Yon, lo tau ga?"

Deon masih fokus pada ponselnya.

"Lo ga denger gue ngomong kan?" Fayya sedikit menurunkan volume suaranya.

Tak ada jawaban dari Deon.

"Gue harap lo ga denger. Kalo pun lo denger, tolong cosplay jadi Haji bolot dulu"

Dikepalanya, Fayya sedang bergelut dengan dirinya sendiri. Apakah dia harus mengutarakan perasaannya sekarang?

"Gatau sejak kapan ya Yon, kayaknya gue suka deh sama lo" Fayya membuat pola lingkaran diatas meja dengan telunjuknya untuk menetralisir rasa gugup.

"Gue pengen bilang dari dulu sebenarnya. Tapi gue takut. Takut kalo pertemanan kita rusak nantinya. Gue gamau lo ngejauh pas udah tau perasaan gue" Fayya menelungkupkan wajahnya diatas lengan.

Disebrangnya, Deon memperhatikan Fayya dengan tatapan tak terbaca. Pemuda itu mencopot earphone yang terpasang ditelinganya.

Sedari tadi Deon hanya menyumbat telinganya dengan earphone tanpa menyalakan musik atau apapun. Jadi, dia bisa mendengar dengan jelas apa saja yang Fayya katakan meskipun Fayya berbicara dengan lirih.

"Kenapa gue harus suka sama lo?"

"Fayy?" Deon mengusap pelan kepala Fayya sampai si empunya sedikit mendongak.

Namun sedetik kemudian gadis itu kembali menelungkupkan kepalanya "Yon! Kan tadi gue udah bilang lo cosplay jadi Haji bolot dulu" Fayya berkata kesal.

"Jangan liatin gue, gue maluuu" Fayya menghentak-hentakan kakinya dibawah meja.

Deon terkekeh, "Harusnya gue yang malu Fayy. Dulu gue juga suka sama lo, tapi gue ga berani bilang"

Fayya terdiam, jantungnya berdegup kencang. Apa katanya tadi? Deon juga suka sama dia? Yaampun, ingin meninggal saja Fayya rasanya.

Pelan-pelan Fayya mendongak memberanikan diri menatap Deon tepat dibola matanya. Deon balas tersenyum.

"Kita tuh lucu ya Fayy, gue jadi penasaran apa jadinya kalo dua orang goblok disatuin"

"Maksud lo?" Fayya mengernyitkan dah tak mengerti.

"Ya menerut lo? Setelah lo jujur soal perasaan lo itu kita bakal biasa-biasa aja gitu?"

"Tunggu tunggu, maksud lo gimana si? Gue takut salah tangkep. Gue cuma mau jujur soal perasaan gue sendiri. Gue cuma pengen lo tau, gue ga berharap apapun dari lo"

Deon tersenyum, "Gini deh Fayy, lo tau kan gue baru putus sama Sania? Gue juga ga bisa ngasih lo kepastian secepat itu. Tapi, gimana kalo kita coba buat deket?"

Fayya mendengarkan setiap kata yang terucap dari mulut Deon dengan seksama.

Deon menatap Fayya dengan dalam "Ayo kita coba pelan-pelan"

"Ini maksudnya lo menawarkan diri apa gimana si? Lo mau buka hati buat gue? Gitu? Ini gue gamau geer sebenarnya"

"Iya Fayy, semua yang lo tangkep itu bener. Gue mau buka hati buat lo. Tapi pelan-pelan aja, ga perlu serobat-serobot. Karena yaa... gimana ya" Deon mengusap dadanya.

"Gue masih takut."

Fayya tersenyum, tak menyangka bila moment yang dia tunggu-tunggu akhirnya tiba.

"Iya yon, ayo kita mulai semuanya pelan-pelan"

hold meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang