Hari ini hari minggu. Tak ada yang istimewa untuk Fayya. Sama seperti hari minggu sebelum-sebelumnya. Gadis bermata sayu itu akan seharian berada di kamar kost.
Kostan yang Fayya tempati sangat nyaman. Ada sekitar lima kamar yang berderet membentuk lorong. Setiap kamar biasanya diisi oleh dua orang, tapi karena Fayya katanya ingin punya privasi, jadilah dia menyewa satu kamar sendirian.
Kostan ini menyedikan toilet disetiap kamarnya, jadi para penghuni tak perlu repot berlarian keluar kamar saat malam hari karena kebelet boker.
Kostan ini juga menyediakan satu dapur dan satu ruang tamu yang diperuntukkan untuk semua penghuni.
Matahari sudah terik, tapi Fayya sama sekali belum menginjakan kaki keluar kamar. Gadis itu masih bermalas-malasan bergelung didalam selimut sambil menonton drama diponselnya.
Semalam Deon memberitahu bahwa hari ini dia akan membuat sebuah video bersama anggota tim jurnalistik, entah video apa Fayya tak banyak bertanya, yang jelas Deon dan tim jurnalistik akan syuting di sekolah.
Fayya merasakan perutnya keroncongan, gadis itu berjalan keluar kamar hanya dengan menggunakan celana training panjang dan kaos hitam oversize.
Fayya mencepol rambutnya asal dan menguap saat dia melewati ruang tamu.
"Eh tuan putri baru keluar goa" Itu Laura, gadis itu berkata sambil memangku setoples keripik singkong.
Fayya hanya mendelik, tak terlalu ambil pusing dengan sindiran Laura. Tapi setelah itu Fayya tersenyum ramah saat netranya menangkap Sybill yang duduk kalem diatas sofa.
Fayya sebenarnya sedikit heran dengan Sybill. Dia bingung, Sybill itu beneran kalem apa cuma jaga image?
Masalahnya sebelumnya itu Fayya benar-benar tidak mengenal Sybill sama sekali. Bahkan dia baru tahu bahwa Sybill itu adalah adik kelasnya di sekolah kemarin-kemarin.
Sybill belum lama tinggal di kost ini, baru sekitar satu mingguan. Sangat disayangkan cewek yang kalem itu harus satu kamar dengan Laura yang bawelnya minta ampun.
Kalau Sybill aslinya benar-benar kalem, bisa terkontaminasi dia jika disatukan dengan Laura.
"Kak Fayya, tadi pagi aku sama Laura beli bubur. Nih buat kakak" Sybill menyodorkan sekotak staerofoam diatas meja.
"Wahhh ashekkk!!" Fayya mengambil kotak itu, kemudian duduk diantara Sybill dan Laura.
Laura mengaduh saat kakinya yang sedang selonjoran tak sengaja diduduki oleh Fayya. Tapi Fayya tak peduli. Gadis itu malah membuka kotak staerofoam dengan santai.
"Harusnya tadi tu bubur gue kasih racun dulu" Laura menggerutu.
Fayya hanya mendengarkan. Sedangkan Sybill sudah terkikik geli melihat interaksi keduanya.
Setelah mengaduknya terlebih dahulu, Fayya melahap bubur itu dengan santai.
"Kak Fayya tim bubur diaduk?" Sybill bertanya.
Fayya hanya mengangguk karena mulutnya masih penuh dengan bubur.
"Dih apaan diaduk, ga enak" Laura berkata seenaknya.
Buru-buru Fayya menelan semua bubur yang ada dimulutnya, "Enak diaduk tau! Rasanya jadi lebih merata" Fayya sebagai tim bubur diaduk tak terima dengan pernyataan Laura.
"Kaya muntah kucing hueekkk" Laura yang anaknya emang ngeselin malah berekspresi pura-pura muntah didepan wajah Fayya.
Fayya menoyor jidat Laura. Adik kelasnya yang satu ini memang sangat kurang ajar. Belum tau saja dia gimana sensasi makan bubur diaduk.
Jadilah siang itu Fayya menyantap buburnya sambil debat kusir dengan Laura yang sama sama ngotot.
○●○
Setelah membereskan bekas bubur, lalu mengambil ponselnya di kamar, Fayya memutuskan untuk ikut nimbrung di ruang tamu bersama Laura dan Sybill.
"Kak Fayya ngapain sih kesini lagi?!" Laura yang sedang selonjoran sambil memainkan ponselnya terusik saat tiba-tiba Fayya kembali tak sengaja menduduki kakinya.
Fayya mendelil tak suka, "Emang ngapa si?!"
"Bau! Mandi dulu sono"
Fayya langsung mengendus-ngenduskan hidungnya ke ketiak. Tak tercium bau-bau yang tidak mengenakan kok.
"Bill, emang bau ya? Persaan ngga deh" Fayya masih menciumi badannya.
"Iya ngga kok kak" Sybill menjawab sambil terkekeh geli.
"Kata Sybill gue ga bau!" Fayya berucap meyakinkan.
"Sybill bilang gitu karena dia takut sama lo!" Laura tak mau kalah.
"Lo pikir gue apaan anjir sampe Sybill takut. Mulut lo kali tuh kedeketan sama idung, makanya bau!"
"Ya terus mulut sama idung ge harus ldr an gitu hah?!"
Sybill yang melihat perdebatan itu tak bisa menahan tawa. Selama menginjakan kaki di kost ini, tak pernah Sybill melihat Laura dan Fayya akur. Setiap hari ada saja yang mereka ribut kan. Bahkan sampai hal tak penting sekali pun masih bisa mereka berdua debatkan.
Meskipun begitu, Sybill bisa melihat bahwa Fayya dan Laura itu saling peduli satu sama lain. Meskipun dengan cara yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
hold me
RandomKata orang, mustahil perempuan bisa bersahabat dengan laki-laki tanpa melibatkan perasaan. Dan Fayya membenarkan hal itu.