•11: Keluarga

13 4 18
                                    

•Fireflies•

Lelaki itu menghentikan motornya, melepas helm fullface miliknya lalu mengacak-acak rambut cepaknya. Sementara perempuan dibelakang malah mengernyit.

Ia bingung, bukankah lelaki didepannya ini menyuruhnya untuk kerja kelompok? Nyatanya dia malah datang ke Rumah Sakit.

Perasaan Cia mulai tak enak. Ia melirik Alean yang sibuk sendiri menata rambutnya sejak tadi.

Si Alean gak akan jual ginjal gue kan? Gak mungkin! Kekayaan gue satu-satunyaa. Batin Cia, ia menggigit bibir bawahnya jadi takut.

"kenapa kesini? Lo kata mao kerja kelompok. Wah, jangan aneh-aneh ya lo." Cia menunjuk wajah Alean karena begitu curiga pada lelaki tampan didepannya.

"bacot. Lo pikir ada yang mau beli organ lo? Yang ada mereka malah jadi tambah sakit-sakitan."jawab Alean ketus. Mulutnya memang tak bisa berkata manis. Kecuali memuji dirinya sendiri.

Cia mencebik, kini langkah kecilnya mengikuti langkah panjang Alean yang lebih tinggi darinya. Nasib orang pendek.

Setelah beberapa lama akhirnya Alean berhenti berjalan, terdiam sebentar didepan pintu. Memperhatikan omahnya yang tengah memakan buburnya. Lalu membuka pintu itu.

"Aleaan!"seru omahnya lalu memeluk cucu kesayangannya itu.

Pandangan Bunyu teralih pada seorang gadis yang tampak familiar.

"eh, Anastasia kan?"tanya Bunyu mengingat nama Cia. Cia mengangguk, lalu matanya melirik Alean. Salah dirinya menuduh Alean yang tidak-tidak.

"kenapa? Mau bawa omah pulang kan? Pasti sepi di Rumah." Bunyu begitu semangat mengatakan itu namun harapannya pupus ketika Alean malah menggeleng. Bunyu jadi cemberut, begitu imut padahal sudah berumur.

Alean terkekeh lalu kembali memeluk omahnya.

"setelah satu minggu omah boleh pulang. Alean cuma mau izin." ucapan terakhirnya mengecil, Bunyu mengernyit. Menunggu ucapan Alean yang menggantung.

"Alean bawa dia ke Rumah. Soalnya gak ada tempat lain." ucapnya akhirnya.

Cia yang tengah menelusuri ruang VVIP itu malah asik sendiri. Tak mendengar tuturan Alean tadi.

Bunyu terkekeh menutup mulutnya. Alean memang selalu seperti itu. Membawa temannya pada omahnya lalu meminta izin apapun itu. Anak yang patuh.

"jadi udah temenan nih?" tanya Bunyu. Alean berdeham melirik Cia lalu mengendikan bahunya acuh.

Bunyu tersenyum.

"yaudah, bawa aja karungin sekalian. Hahaha." tawa Bunyu mengejek. Alean jadi berdecak. Kenapa omahnya ini suka sekali mengucapkan lelucon.

Alean berdiri, "Buruan!!"pekik Alean membuat Cia tersentak.

Cia melirik Bunyu lalu mendekat, memegang tangan keriput Bunyu dan menyalaminya.

"Cia mau kerja kelompok omah, sebenernya aku curiga Alean mau bawa aku jauh ke Antartika." cicitnya membuat Bunyu terkekeh dengan mata menyipit.

"tenang aja, meskipun Alean terlihat seperti preman. Tapi aslinya dia baik kok." ujar Bunyu.

Setelah berpamitan Cia kembali mengikuti Alean dibelakang punggung lelaki itu.

"gak bisa nunggu gitu?" tanya Cia yang sudah mulai kelelahan karena Alean berjalan begitu cepat.

"lo lelet, kayak siput."ledeknya dan ia malah semakin menjauh. Cia berlari kecil hingga akhirnya sampai disebelah lelaki itu berjalan. Berjalan beriringan.

FirefliesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang