•13: 4 Insan

12 5 14
                                    

psst, vote dulu yuk biar gak lupaa

•Fireflies•

Tangannya terulur membiarkan air menampung ditelapak tangannya. Sejuk menyapa membuat anak rambutnya terbang, sementara mata indahnya menutup dengan sebuah senyuman.

Andhika yang baru saja keluar dari kelas tanpa sengaja melirik kearah perempuan berkuncir, tengah berdiri mengulurkan tangannya. Andhika mendekat menutupi tangan kecil Cia agar tidak basah.

Ketika tak merasakan buliran air jatuh lagi, Cia membuka matanya. Menoleh melihat netra hitam legam seseorang yang tengah berdiri dengan sebelah tangan dimasukan disaku.

"Andhika?"Cia tampak terkejut ketika melihat Andhika masih saja tersenyum.

"dingin tau gak, nanti tangan lo keriput-keriput kayak nenek-nenek." ucap Andhika.

Tangan Cia ia elus dengan sapu tangannya agar tak basah. Cia terdiam, desiran aneh membuat wajahnya memerah namun ia tahan agar Andhika tak sadar.

Andhika menengadahkan wajahnya lalu terkekeh ketika melihat wajah Cia malah menunduk.

"udah,"ujarnya lalu kembali memasukan sapu tangan berwarna pink yang pernah Cia berikan padanya kembali ketempatnya.

Cia tertawa, padahal itu adalah hal biasa yang pernah mereka lakukan ketika masih sekolah dasar.

"jadi inget waktu kita kecil dulu kan? Kita mandi hujan. Terus lo sakit demam sampe satu minggu." Andhika bernostalgia. Sementara Cia hanya terdiam.

Iya, dulu.

Tanpa mereka sadari, seseorang tengah melihat mereka begitu dekat. Kenapa ia tak terima ketika ia terlambat mendekat. Hingga akhirnya dia pergi darisana dengan kepalan tangan yang membuat tangannya memutih.

"Kiana mana?"tanya Cia ketika tak melihat sang medusa yang biasanya selalu berada disebelah Andhika.

Raut wajah Andhika berubah, lalu kembali tersenyum.

"dipanggil buat ngurusin nama-nama anggota osis."jawabnya akhirnya. Cia mengangguk pelan lalu kembali menatap sekolahan yang sudah basah akibat guyuran hujan.

Tanpa sengaja, ia melihat seorang lelaki memasukan kedua tangannya disaku, menyampirkan tasnya dibahu, tengah berjalan tak peduli hujan mengguyur tubuhnya.

"Andhika, gue pulang yah?"

Andhika mengerjap.

"gue anterin."

"jangan, kasian Kiana, lo tunggu dia aja." ucap Cia yang membuat Andhika kecewa. Setelahnya Andhika mengangguk dengan senyum yang dipaksakan.

Membiarkan gadis bersurai panjang itu pergi.

Andhika menghela nafasnya, lalu pergi kearah yang berlawanan.

***

Seorang perempuan duduk dimejanya, tangan lentik miliknya berkutat dengan buku. Otaknya yang cerdas ia gunakan sampai kenomor terakhir hingga akhirnya selesai.

Farrasya Kiana Agatha. Gadis cantik berkulit putih dengan surai hitam lurus indah itu menghela nafasnya. Pakaiannya sudah ia ganti dengan dress biru laut selutut. Melihat kearah jam lalu tersenyum semringah.

Ketika ia sampai dipagar dilantai atas, hal yang membuat wajah cerianya memudar menjadi air mata yang menggenang.

Setiap hari, setiap waktu, ini yang selalu ia lihat. Pertengkaran hebat kedua orang tuanya. Kiana memilih memasuki kamar lalu menelpon seseorang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FirefliesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang