"Just know you're not alone, 'cause I'm going to make this place your home."
Home - Phillip Phillips"Woi siapa yang bawa mobil nebeng dong!" Seru Delvin yang tengah berdiri di depan pintu Marvens. Semua yang mendengar seruan Delvin menggelengkan kepalanya. Di Marvens kini hanya terdapat beberapa orang, sekitar 20an. Diantara semuanya mereka berkata bahwa hanya membawa motor ke sekolah.
"Gue bawa." Ujar Randi. Dan langsung disambut meriah oleh teman-temannya yang ingin numpang. Karena mobilnya hanya muat untuk 8 orang, Randi mengajak kelima temannya. Padahal masih muat 2 orang lagi, tapi yang lain lebih memilih nongkrong di Marvens sambil ngopi, karaoke-karaokean, ataupun tidur. Yah, para anggota Ravens memang sudah menganggap markasnya ini adalah rumah kedua bagi mereka.
Setelah pamit dengan anggota yang lain, keenam lelaki tersebut melangkah keluar Marvens hujan-hujanan dan mengarah ke parkiran mobil dekat sekolah. Sebenarnya SMA Granada hanya membolehkan para murid untuk membawa motor, tidak mobil. Tapi ya begitulah kelakuannya.
"Lo ngapain bawa mobil gede-gede kayak gini Ran? Bukannya lo sendiri?" Tanya Varen heran.
"Si Rendi yang pinjem mobil gue, jadinya bokap suruh pake mobil kantornya aja. Biasanya dipake buat keluarga sih, jadi gede." Jawabnya. Rendi merupakan kakak kandung dari Randi. Ia lalu membuka kunci mobilnya.
Keenamnya masuk mobil. Randi nerada di posisi kemudi dengan Varen yang di sebelahnya. Di jok tengah duduk Nevan, Dimas, dan Gibran. Sedangkan dibelakang Delvin duduk sendiri namun ia tak kalah berisik ketika teman-temannya ngobrol.
Mereka sangat jarang pulang bareng seperti sekarang. Maka dari itu kini mereka tengah heboh berbincang-bincang sambil menyalakan lagu dengan volume yang kencang.
Setelah Randi memutar balikkan mobilnya melewati Marvens, ia melajukan mobilnya kearah rumah Nevan. Mereka semua hendak main-main dan bersantai dirumahnya. Sebab Nevan berkata bahwa rumahnya kosong, ayahnya sudah berangkat lagi ke tempat kerjanya di Kanada. Itu bukan masalah besar bagi Nevan. Lagipula dia memang ingin tinggal sendiri dan bebas berbuat semaunya.
Di tengah perjalanan, Gibran yang sedang memperhatikan jalan berseru, "WOOIII STOPPP!"
Randi yang sedang menyetir pun terlonjak kaget dan segera menghentikan mobilnya. "Apaan sih??"
"Ngga, hehe itu gebetan lo ama Varen kaga diajak?" Ucap Gibran, lalu terkekeh.
Nevan yang penasaran dengan siapa yang dilihat temannya itu pun menoleh mearah jendela seraya memicingkan matanya. Kemudian melotot lalu menendang kursi Randi yang ada di depannya.
Ya, yang dilihat Gibran adalah Kinan dan Nessa yang tengah berteduh di halte. Nevan memang sudah tau bahwa Kinan adalah perempuan yang Varen sukai, namun Nessa, adiknya sendiri? Apa cuma gue yang belum tau? Pikirnya.
Randi yang ditendang oleh Nevan pun segera menoleh kepadanya dan menggeleng tanda tidak benar.
"Udah mo malem ini ngapa mereka belom pulang dah." Ujar Dimas.
"AJAKIN YA? YA YA YA?" Seru Varen memohon kepada Nevan.
"Terus gue peduli? Ga ya tolol." Nevan memalingkan wajahnya ke kaca mobil di sebelah kanannya. Ia berusaha keeping a straight face. Namun yang lainnya malah tertawa kencang.
Varen mulai membuka kaca mobil dan berteriak memanggil Kinan dan juga Nessa. Saat keduanya berlari kearah mobil, Delvin menyuruh dua orang pindah ke belakang ajar kedua perempuan itu duduk di tengah. Tapi ketika Nevan hendak pindah ditahan oleh Delvin, Dimas, dan juga Gibran dengan sengaja. Biar Nevan deket Nessa aja gitu, wkwk.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Harper Twins
Novela Juvenil"Lo boleh benci sama gue, tapi gimanapun juga lo tetep saudara gue, Ness. Kembaran gue. Kalo lo sampe kenapa-napa gue ga akan bisa maafin diri gue sendiri." "We were born together, and we'll never truly be apart, we're supposed to love each other m...