Visit

4.1K 459 69
                                    

"Apa Hinata menolak pertunangan itu?" Toneri menatap cincin tunanganya yang diduga tertinggal di kamar saat Hinata kembali ke Inggris beberapa waktu lalu.

"Tentu saja tidak, kudengar di Inggris sedang ada turnamen sepak bola empat tahunan, jadi dia sibuk sekali dan masih belum bisa kembali sekarang. Kemungkinan setelah turnamen nya selesai baru dia kembali." Jawab Hiashi sambil menyesap teh hijaunya.

"Ah iya aku lupa." Toneri menghela napas pelan "Hinata pasti sedang sangat sibuk mengurus Tim Nasional Jepang."

"Ya, dia bahkan sulit sekali dihubungi." Hiashi sebenarnya sedikit jengah soal itu.

Toneri kira hanya dirinya yang tidak bisa menghubungi Hinata. "Oh ya, itu artinya Hinata bertemu dengan mantan kekasihnya yang anggota Tim Nasional itu?"

"Hm?" Hiashi mengerutkan keningnya.

"Iya, Uzumaki Naruto mantan kekasih Hinata dulu. Dia sekarang masuk Tim Nasional, aku sering melihatnya di berita olahraga." Sahut Toneri, ia ingat beberapa kali Hinata dijemput mantan kekasihnya itu saat di akademi dulu. Nama Uzumaki Naruto sangat populer di Jepang, terutama di Osaka.

"Uzumaki Naruto?!" Hiashi tersentak sekarang, ia ingat pemuda itu. Pemuda serampangan bermotor yang sering mengantar putrinya, ia bahkan pernah meminta pemuda itu datang kemari sekali. "Naruto, dia di Tim Nasional?"

"Hm, dia sangat terkenal. Karirnya sedang melejit, tak disangka dia berasal dari Osaka." Jawab Toneri santai.

"Astaga, aku tidak menyangka. Dulu aku pernah bertemu denganya sekali. Hinata menjalin hubungan denganya selama tiga tahun lebih." Jawab Hiashi masih terkejut pemuda itu sudah jadi orang terkenal. Ia sendiri tidak tahu karena tidak pernah mengikuti berita. Diusia senja nya ini ia banyak beristirahat dan membaca buku saja.

"Ya, dia sering menjemput Hinata di akademi dulu." Toneri meletakan cangkirnya keatas meja. "aku jadi khawatir, mereka sudah tidak ada hubungan lagi kan Tou-sama?"

Hiashi menggeleng, lima tahun terakhir putrinya benar-benar fokus pada kuliah dan pekerjaanya "tidak mungkin, mereka sudah lama sekali berpisah. Lagipula sebentar lagi kau akan menikah dengan Hinata."

"Hm, benar." Toneri melipat kakinya sambil menarik sudut bibirnya, akhirnya ia bisa menikahi Hinata. Gadis cantik itu harus jadi miliknya. Ada sejuta alasan kenapa ia ingin Hinata jadi istrinya, ia sudah lelah bermain-main dengan para jalang semasa mudanya dan ya ini sudah saatnya ia serius menjalin hubungan dan gadis baik-baik seperti Hinata adalah sosok yang tepat.

"Kapan kau berangkat ke Inggris?" Tanya Hiashi.

"Besok pagi aku berangkat, orangtua ku memintaku menemui Hinata untuk bicara langsung soal pernikahan. Sekaligus mengantar cincinya yang tertinggal ini." Toneri menutup kotak beludru mewah ditanganya lalu memasukanya ke saku.

"Hm, itu bagus. Lebih baik bicara langsung saja agar semuanya jelas." Hiashi mengangguk setuju, Hinata sudah bertingkah kekanakan dengan kembali ke Inggris begitu saja.

.
.

Ranjang besar itu berderit pelan, dua manusia diatasnya saling mencumbu dan melenguh.

Naruto mengunci Hinata dibawah kukungan tubuhnya, ia menggerakan pinggulnya pelan sekali merasakan hangat penyatuan dibawah sana. "Lelah hm?" bisik Naruto sambil mengecupi pipi Hinata.

Hinata menggeleng, ia menatap mata biru Naruto yang berada diatasnya. "aku ingin masak sarapan."

Naruto menekan kejantananya semakin dalam. "aku tidak mau sarapan."

Hinata menahan napas, keadaan intim seperti ini membuat dirinya tidak bisa fokus bicara. "kaki ku pegal."

"Akan ku pijat nanti." Bisik Naruto seraya mengusap paha Hinata.

AmbitionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang