bagian 17

18 7 0
                                    

Halloww.
Selamat membaca :)

🌻

Istirahat pertama sudah tiba, sayangnya keadaan masih belum kondusif, baik Yura, Eyri, maupun yang lainnya, kompak tidak mau menyinggung masalah yang terjadi tadi pagi.

Yura dengan diamnya, dan Eyri dengan pikirannya bertanya-tanya kesalahan apa yang sudah ia lakukan sampai membuat Yura semarah itu padanya.

Masih saling mendiami, dengan para sahabat yang tidak mau ikut campur atau lebih ke tak mau ambil resiko daripada tambah kacau nantinya.

"Kantin yuk, Lia lapar gaiyss," ajak Helia berencana mendamaikan, yang berakhir tak mendapat jawaban, membuatnya merenggut kesal, sehingga pipi chubby nya makin mengembung mirip seperti bocah. 

Mereka semua tertawa, dan pada akhirnya mengiyakan ajakan Helia untuk ke kantin bersama meski masih ada amarah di selingkupan mereka.

Helia dipersilahkan berjalan lebih dulu menuntun para sahabatnya, berjalan melewati siswa siswi lain yang membuat mereka lagi-lagi menjadi pusat perhatian karena parasnya yang berlebihan serta julukan di masing-masing orang.

Yura si cantik yang elegan dan keibuan, sayangnya mereka tidak tau jika monster yang ada dalam dirinya seperti apa.

Selly yang ramah dan mudah tersenyum, sampai mereka lupa jika wanita ini adalah racun pria.

Helia yang imut dan lucu, hingga tak banyak yang tau jika game adalah pacarnya.

Lingga yang cantik tapi cuek, susah untuk disentuh apalagi didekati.

Serta Eyri yang manis dan lugu, aslinya. Tapi tak sesuai dengan wajah ayu yang teramat sombong melekat menjadi julukannya. Membuat siapa yang melihatnya terpikat, serta senyumnya yang menawan.

Mereka berjalan beriringan, di tengah drama perjalanan, tali sepatu Eyri terlepas. Terpaksa, ia berhenti. Niat hati ingin minta ditunggu tapi urung karena tersadar jika kondisi sedang tidak memungkinkan, yang ada nanti semakin runyam.

Biar mereka lebih dulu, pikirnya. Lagipula, ia juga tau letak kantin ada dimana. Tapi sayang, saat para temannya sudah berjalan lebih dulu meninggalkan, bahunya ditabrak kuat, hampir saja Eyri terpental jika tidak sigap ia menahan keseimbangan.

Lima senior dengan cekikikan tawa, berhenti di hadapan Eyri bermaksud merundung. Berkaca pinggang, wajah berdempul tebal itu disulap menjadi bengis dengan tatapan tajam, setajam silet.

Takut? tidak. Eyri hanya tidak habis pikir, kenapa ia dikerubungi banyak senior cewek ? Apakah ia melakukan kesalahan ? Tapi apa ? Seingatnya selama ini aman-aman saja, dan kenapa hari ini ia dikerubungi ?

Fatal, bahunya di dorong kuat hingga beberapa langkah ia mundur ke belakang, cekikikan terdengar lagi dengan sedikit gertakan kata kasar.

Eyri terkejut, ia dianggap sedang menantang, jika tidak sigap mengelak mungkin wajah mulusnya sudah bercap merah karena perundungan semakin memanas.

Ini tidak benar, pikirnya.

Melihat semakin ramai siswa-siswi berlalu lalang, tangganya ditarik kuat oleh Olivia menjauh menuju ke tempat sepi yang jarang dilewati. Darimana Eyri tau nama senior itu, Eyri membacanya, jangan lupakan nametag di dada sebelah kiri. Olivia Amanda, XII MIPA 1. Berparas cantik, bulu mata lebat dengan rambut panjang sebahu. Dan anehnya, paras cantik saja tidak menjamin akhlak yang cantik juga.

Banyak yang melirik, namun tak ada satupun yang berniat membantu. Bisa Eyri lihat banyaknya ringisan penuh iba dari murid yang tau jika dirinya sedang dalam masalah, hingga cekikikan kecil disertai wajah penuh syukur.

Eyri meraih ponsel dengan sebelah tangan, untung saja para senior itu fokus ke depan dan tidak memperhatikannya. Mengetik pesan Eyri mengirimkannya kepada Lingga.

Harapannya, semoga saja ia tidak lepas kendali. Bisa bahaya.

🌻

Bahunya dihempas kasar, hingga menabrak tumpukan kursi lama yang telah berdebu. Rambutnya ditarik kuat, membuat Eyri meringis menahan nyeri. Tamparan yang akan datang, membuatnya harus mencekal kaki lawan hingga terjatuh.

Yang menarik rambutnya, berganti menampar Eyri kuat hingga kini ia terjatuh bersandar dengan kepala sedikit pusing.

Tendangan dilayangkan ke arah perutnya, untung saja Eyri bisa mengelak dengan menepis kaki senior itu sekuat yang ia bisa.

Adanya perlawanan yang dilakukan, membuat segerombolan senior itu murka, menatap Eyri tajam bersiap ingin mengeroyok, hingga tiba-tiba semuanya jatuh terkapar pingsan karena para sahabatnya memukul para senior itu mengunakan balok kayu.

Yang tersisa hanya Olivia dengan wajah penuh tawa. Eyri dan para sahabat yang melihatnya menjadi binggung sendiri, ngeri-ngeri sedap takut jika senior ini sedang kerasukan arwah penunggu gudang.

"Hahahhah, kalian merasa menang ?" Tanyanya sambil terus tertawa.

"Udah gue duga dari awal kalo elo," ditunjuknya Eyri yang sudah bisa bangun, "pasti bakalan minta bantuan sahabat-sahabat sama gatalnya kayak elo ini."

Tidak terima induk cabe-cabean mengatainya gatal, Lia sudah maju berniat mencakar muka penuh dempul di hadapannya itu seandainya Olivia tidak berteriak menyuruhnya berhenti.

"Diam lo bocah pipi tebal! Kalo kalian ngerasa menang sekarang kalian salah besar! Kalian semua, akan habis ditangan kami, para adek kelas tukang godain pacar orang!"

"Lo gila ? Pacar lo se ganteng apa sampai teman-teman gue berniat godain, hah?" Tanya Yura sudah jengkel sekali dengan senior ini.

"Jelas pacar gue ganteng lah! Paling ganteng di sekolah ini! Lo tau Abimanyu kan? Dia pacar gue!" Teriaknya penuh bangga.

Semua shock bukan main, apalagi Selly yang notabenya adalah adik sepupu dari Abi, dan sepengetahuannya Abimanyu itu menyukai Eyri. Dan atas dasar apa wanita cabe-cabean gila ini mengaku menjadi pacar abangnya, Selly bergidik jijik.
"Amit-amit ya ampun, amit-amit," ulangnya terus menerus.

Mereka akan terus berdebat jika Eyri yang menghadap pintu masuk tidak memberitahu jika segerombolan besar senior mengepung mereka berlima. Dengan tawa Olivia yang sudah mengudara merasa menang diatas awan.

"Selamat bersenang-senang ladies,"

Saking senangnya, Olivia sampai tak sadar jika wajah para temannya sudah sepucat makanan basi. Terus tertawa padahal sudah diberi aba oleh temannya yang merasa iba.

"Olivia Amanda, Siswa berprestasi dari kelas XII MIPA 1, siswi olimpiade biologi, Ikut ibu Nika ke ruangan saya sekarang juga!" Teriak penuh amarah bapak kepala sekolah yang tiba-tiba muncul dari pintu yang terbuka.

Olivia diam tertegun, mata memerah menahan tangis saat ibunya sendiri, ibu Nika, guru BK SMA tempat ia bersekolah menarik tangannya keluar menuju ruang kepala sekolah.

"Yang lain angkat teman kalian yang pingsan itu ke UKS sekarang!"
Dengan cepat, semua senior itu langsung lari ngacir membopong rekannya yang pingsan menuju UKS.

Eyri tertunduk lesu di lantai, badannya mulai sakit semua. Kepalanya pusing, mata mulai berkunang-kunang sampai semua menghitam, sayup-sayup Eyri mendengar banyak teriakan yang memanggil namanya hingga langkah kaki yang berderup mendekat seiring dengan ketidaksadaran yang menghilang.

Eyri jatuh pingsan.

🌻🌻🌻

Heiii,,

Aku back !

Ketemu lain waktu, bye ❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Prince? And Princess. -> Slow Update.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang