3; Basket

1.6K 361 95
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Jeno dan Luna berjalan beriringan ke arah lapangan. Ini memang sudah menjadi hal yang selalu mereka lakukan. Entah menunggu Jeno latihan, hanya nongkrong dengan yang lain atau memang hendak main basket seperti sekarang ini.

Dilapangan sudah ada haechan dan Jaemin.  Jaemin memang tidak bermain basket karena dia tidak bisa. Tapi kalo sekedar rebutan basket biasanya Jaemin akan join. Ditambah lagi kak Doyoung yang tiba tiba join sehabis rapat osis. Dan beberapa anak osis lainnya yang belum pulang masih nongkrong di pinggir lapangan.

Saat hendak memasukkan bole ke ring, Luna tidak sengaja jatuh dan bolanya terlempar jauh ke bangku bangku dipinggir lapangan.

"Gapapa lun?" tanya Jeno membantu Luna berdiri.

"Gapapa sans" Luna sudah berdiri sempurna hendak menghampiri kemana bolanya tersebut pergi.

Disana bolanya sudah mendarat dekat kaki seorang siswa yang sekarang sedang menunduk memperhatikan bola menghampirinya.

"Eh minta tolong lemparin bolanya boleh?" ujar Luna yang masih jauh dari siswa itu. Itukan yang tadi pagi di kantin, batin Luna. Dia sama sekali tidak mengangkat kepalanya jadi Luna tidak tahu apakah dia mendegar atau tidak. Luna berjalan pelan hendak menghampiri. Hingga tidak jauh tepat didepannya Luna buka suara.

"Gapapa kok kalo gamau lemparin bolanya. Biar gua ambil sendiri ya" ucap Luna sambil berjalan 2 langkah lagi dan hendak menunduk mengambilnya. Tapi tidak jadi karena sekarang bolanya sudah ada ditangan siswa yang dari tadi masih belum mengangkat kepalanya dengan sempurna.  Jadi Luna hanya bisa melihat hidungnya saja.

"Eh? Oh oke makasih ya" ucap Luna hendak mengambil bolanya dari tangan siswa itu. Sesaat saat tangan mereka bersentuhan sedikit, siswa itu menangkat kepalanya sempurna.

Keduanya terdiam.

Luna dengan jelas melihat matanya sekarang. Bahkan keseluruhan wajahnya. Luna diam sebentar. Lalu baru hendak melontarkan kata selanjutnya, siswa itu mundur 2 langkah kebelakang dan pergi begitu saja. Luna mengerutkan dahi melihatnya.

"Eh kok cabut sih?" ucap nya pada diri sendiri karena ditinggal begitu saja. Lalu Luna kembali ke lapangan.

"Lama banget ngambil bola doang" ujar Haechan ngedumel lalu merebut bolanya dan kembali bermain.

"Jen, itu tadi siapa sih?" tanya Luna ke Jeno.

"Hah? siapa? yang mana?" tanya Jeno balik.

"Ih yang tadi Luna ambil bola, itu siapa? anak kelas berapa?" tanya nya lagi ke Jeno.

"Lah kok nanya gua? mana gua tau. lo lah harusnya yang tau kan lu liat orangnya. kan lo tau sebagian besar siswa disini lun" ujar Jeno meninggalkan Luna yang hanyut dalam pikirannya.

kok gua jarang lihat ya, batin Luna lagi.

Kini Luna sedang beristirahat sebentar dengan kak Doyoung disampingnya yang kayaknya udah cape banget.

"Kak, lo kan ketos, pasti rata rata hapal dong siswa disini" tanya Luna pada Doyoung yang baru saja hendak minum. Mengisyaratkan tangannya untuk tahan sebentar karena dirinya hendak minum, barulah Doyoung membuka suara.

"Lun, tau an juga lo daripada gua kalo tentang anak anak sini mah" jawabnya.

"Gak semua kak, lo lebih tau banyak bukannya? Kan sering ngurus ini itu pasti ada datanya dong" ujarnya lagi.

"Kenapa sih emangnya?" tanya Doyoung.

"Itu tadi yang ngasih basket ke gua, lo liat kan kak? kenal ga? anak kelas berapa?" tanya Luna lagi dengan ke kepo an akutnya.

"Gua ga liat tadi mukanya. Lo liat kan? Nanti kl liat kasih tau gua aja, siapa tau gua kenal" jawab Doyoung enteng.

"Okedeehhh kak" jawab Luna ceria.


...

Sekarang Jeno dan yang lainnya sedang mengembalikan bola ke ruang basket sekalian ganti baju dan mengunci ruang basket. Dan Luna sendirian di parkiran menunggu yang lainnya. Lagi lagi Luna melihat dia dari ekor matanya. Siswa itu berjalan keluar gerbang sekolah. Luna melihat jam tangannya sebentar. Baru balik jam segini? perasaan sekolah sepi daritadi gada acara apa apa, batin Luna. Dengan sigap, Luna mengambil ponselnya dan mengetik pesan untuk Jeno.

Jen, deluan aja, nanti Luna balik naik ojol gampang, ada urusan bentar. -Luna

Setelah itu, Luna berjalan ingin mengukuti siswa yang tadi. Baru saja sampai depan pagar sekolah, Luna melihat siswa itu duduk di halte depan tidak jauh dari sekolah. Dengan langkah pelan, Luna menghampiri dan duduk tidak jauh darinya. Luna membuka suara pelan.

"Eh" karena bingung harus memanggil apa jadi yang keluar hanya eh.

Siswa itu yang tidak tahu sedari tadi ada Luna kemudian menoleh dan sedikit kaget. Lagi lagi Luna bisa melihat matanya.  Banyak bintang.

Belum sampai 2 detik mata mereka bertemu, dia sudah kembali menundukkan kepalanya dan bergeser duduknya sedikit menjauh.  Luna masih bingung karena keadaannya sekarang terlihat seperti dia takut terhadap Luna. Berusaha ramah, Luna kembali membuka suara pelan.

"Pulang naik apa?" tanya Luna. Tapi tidak ada jawaban dari yang ditanya.

"Gua Luna, lo siapa?" tanya Luna lagi. Masih diam.

"Curang. Lo udah tau nama gua, tapi gua gatau nama lo. name tag lo juga gada. Harusnya tadi gua gak ngasih tau nama gua" jawab Luna ngedumel pelan membuat nada pura pura kesal.

Diam lagi tiada jawaban.

Hingga saat sebuah bus datang tepat didepan halte, siswa itu berdiri dan membuat Luna berdiri juga.  Lalu saat hendak melangkah menaiki bus, dia berhenti sebentar.

"Renjun" ucapnya pelan sambil menunduk tentunya. Lalu kemudian langsung naik kedalam bus tersebut.

.
.
.

your vote and comment would be meaningful for me
↓↓↓

Phobia ; Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang