15; Janji

1.1K 283 92
                                    

Luna kini begitu kesal dan bingung sekaligus. Dia lagi lagi berbaring di kamarnya menghadap langit langit kamarnya seakan ingin berbicara pada bintang bintang di atas sana.

"Renjun kenapa sih ih" ujar Luna.

"Jeno juga ngeselin banget" kesal Luna.

"Gua harus apa sih kenapa temen temen gua pada baperan sih!" kesal Luna benar benar tidak bisa berpikir.

"Besok gua harus ngomong sama Renjun dulu" ujar Luna lagi.

...

Luna sekarang sedang mengendap endap ingin memasukkan susu kotak ke laci meja Renjun dengan secarik surat ditulisnya. Sekarang belum banyak orang di kelas Renjun karena masih terlalu pagi.

Setelahnya Renjun datang dan membaca suratnya.

"Hi njun! nanti istirahat ke taman belakang yuk. Gua mau ngobrol hihi^^ Gua beliin sandwich nanti sekalian yaa.. see you~
-Luna temen injun"

Bibir Renjun sedikit mengangkat menandakan dia tersenyum. Namun kemudian Renjun ingat bahwa dia tidak seharusnya tersenyum. Luna seharusnya memang tidak boleh menjadi teman nya. Renjun tidak bisa berteman dengan Luna.

Tapi saat bel istirahat berbunyi, Renjun tetap melangkahkan kakinya ke taman belakang sekolah. Dilihatnya disana sudah ada Luna sedang duduk membelakanginya dibangku bawah pohon dengan 2 sandwich di tangannya. Tak lupa susu pisang juga.

Renjun melangkah lambat, bingung harus berkata apa setelah bertemu Luna.

Setelah Luna sadar Renjun sudah berada di dekatnya, Luna menggeser duduknya ke pojok agar Renjun bisa duduk di pojok satunya.

"Duduk Jun" ujar Luna.

Renjun kemudian duduk.

"Nih makan siang, Lo kan jarang ke kantin kalo istirahat." ujar Luna menggeser sandwich dan susu pisang pada Renjun.

"Jun" panggil Luna lagi.

"Gua ada salah ya sama lo? Kenapa sih kok kayaknya lo nadanya jutek gitu kemaren" tanya Luna.

Renjun diam. Dia harus mengatakan sesuatu. Sesuatu yang membuat Luna segera menjauh. Dia memang tidak pantas jadi temannya Luna. Apalagi mengingat orang orang sekitar Luna berbeda darinya, contohnya Jeno.

"Jun kita kan temen" ujar Luna lagi.

"Gak Lun" ujar Renjun akhirnya.

"Gua gak bisa jadi temen lo" ujar Renjun lagi.

"Kenapa?" tanya Luna.

"Lo bisa jun! Gua gak pilih pilih temen kok. Kenapa sih?" tanya Luna

"Apa karna lo sakit?" tanya Luna.

Renjun sedikit kaget mendengar ucapan Luna. Dia memberanikan diri untuk membahasnya.

"Sakit? Lo--" ucapan Renjun terpotong oleh Luna.

"Sorry Jun" ucap Luna.

"Gua gak sengaja denger lo di ruang kepsek waktu itu" ujar Luna lagi.

"Sorry banget sorry" ujar Luna lagi.

Renjun benar benar kaget bukan main. Bagaimana bisa Luna tahu akan semua itu. Luna bahkan tidak ada menyinggungnya sedikitpun. Sebenarnya Renjun sedikit malu mengetahui Luna tahu akan dirinya. Dan juga Ayahnya.

"sampe mana yang lo tahu?" tanya Renjun akhirnya.

"ummm, lo sakit, terus bokap lo itu pak kepsek" ujar Luna.

"Tapi Jun, gua gak masalah lo sakit apapun itu" ujar Luna.

"Gak perduli gimana pun keadaan lo, lo tetep temen gua Jun" ujar Luna.

Phobia ; Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang