17; Beli kado

1.2K 264 96
                                    

Kini Renjun dan Luna sudah berada di halte seperti biasa.

"Jun" panggil Luna.

"Temen gua gimana?" tanya Luna.

"Kenapa lo kenalin gua ke mereka?" tanya Renjun.

"Supaya lo punya banyak temen. Lo gak ada masalah kan kalo temenan sama cowo?" tanya Luna

"Mereka semua cowo kok, cuma ya kalo Haechan gimana ya? Mulut emang rada kayak cewe" ujar Luna menjelek jelekan temannya itu.

"Jeno?" tanya Renjun.

"Lo gak mau ya temenan sama Jeno?" tanya Luna mengerti.

"Dia yang gak mau" ujar Renjun.

Luna mengerutkan dahinya. Karena setahunya Jeno kemarin sudah setuju bahwa tidak masalah dikenalkan dengan Renjun.

"Yaudah gak usah dipikirin si Jeno" ujar Luna agar mereka berhenti bahas Jeno.

"Oiya hari ini, lo harus temenin gua" ujar Luna.

"Ngapain?" tanya Renjun.

"Temenin gua beliin kado buat sepupu gua, habis itu nanti sekalian ketemu sama dia" ujar Luna.

"Dan lo gak boleh nolak" ujar Luna lagi.

"Dan gua ikut lo naik bis, untuk pertama kalinya" ujar Luna menambahkan lagi.

Renjun menggeleng menandakan tidak setuju.

"ih kan lo janji gak nolak" ujar Luna merajuk.

"Banyak cowok di bis" ujar Renjun mengingat perkataan Luna waktu itu bahwa Luna tidak di ijinkan naik bis.

"Iya gapapa malah bagus buat lo kan, daripada banyak cewe nya" ujar Luna.

Renjun diam dan berpikir. Sebenarnya bingung harus berbuat apa. Namun bis sudah sampai dan mereka harus segera naik.

"Ayo Jun" ajak Luna.

Renjun kemudian naik lebih dahulu daripada Luna. Keadaan di dalam bis cukup ramai yang memang di dominasi kaum pria yang mungkin pulang kerja atau memang ada urusan. Sedangkan kaum wanitanya hanya beberapa dan duduknya di depan dekat supir.

Tidak ada kursi bis yang tersisa untuk mereka berdua dan mengharuskan Renjun dan Luna berdiri. Bahkan untuk berdiri dengan berjarak 1 meter pun susah. Sehingga sekarang posisi mereka menempel satu sama lain dengan Renjun yang bergantung pada pegangan di langit langit bis. Pandangannya berusaha menghindar dari Luna karena akan membuatnya semakin keringet dingin.

"Aw" ucap Luna pelan saat seseorang tidak sengaja menginjak bahkan menyenggol bahunya.

"Gapapa?" tanya Renjun yang tentunya menghadap arah lain.

"Gapapa. Lo gapapa?" tanya Luna.

Tentu saja dirinya tidak mungkin tidak apa apa. Namun Renjun hanya diam. Karena sedari tadi badan mereka menempel satu sama lain walaupun hanya pundaknya dan itupun dilapisi jaket. Renjun sedari tadi menahan nafasnya juga berusaha menetralkan jantungnya.

"Gua gak tau kalo serame ini, tau gitu gua di depan aja deket ibu ibu jadi lo gak akan senggol sengolan sama gua" ujar Luna.

"Apa gua pindah ke depanan situ ya?" tanya Luna hendak berpindah agar jarak mereka agak jauh.

"Gausah" ujar Renjun sambil menarik tali tas Luna sebelum Luna benar benar berpindah.

Luna tersenyum melihatnya.

"Nanti lo keinjek lagi kalo pindah" ujar Renjun yang tidak mau Luna berdesak desakan hanya untuk berpindah tempat.

"Bisa gua injek balik" ujar Luna membela dirinya.

Phobia ; Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang