10; Jaemin

1.3K 307 60
                                    

Lagi lagi, sepulang sekolah Luna ke halte tempat Renjun menunggu bus. Niat sekali bukan usaha Luna untuk berteman dengan Renjun?

Ketika Renjun datang, Luna tersenyum senang walaupun tahu Renjun tetap akan duduk jauh darinya di bangku halte. Tapi tak apa bagi Luna.

Karena melihatnya saja sudah senang.

"Hai Jun" sapa Luna.

Sebenarnya Luna ingin menanyakan perihal kejadian di ruang kepala sekolah kepada Renjun, tapi nanti Luna ketahuan menguping. Luna juga tidak mungkin tiba tiba menanyakannya karena suasananya tidak tepat.

Renjun duduk di halte, tepat paling pojok. Luna duduk tidak jauh darinya. Seperti biasa Renjun akan mendengar segala ocehan Luna tanpa menjawab nya.

Kali ini dengan berani, Luna berpindah duduk menjadi 2 meter dari Renjun. Renjun yang sudah duduk dipojok tidak bisa menggeser lagi.

"Tenang Jun, hari ini gua gak akan minta naik bis bareng lo kok" ujar Luna.

"Karena gua tau lo bakal ga bolehin juga" ujar nya lagi.

"Walaupun sebenernya gua masih kesel sih waktu itu soalnya udah sore banget, mana nunggu nya lama lagi, trus malah gak lo bole--" ucapan Luna terputus karena Renjun menyaut kali ini.

"Sorry" ujar Renjun pelan.

Luna menghela nafasnya.

"Iya emang udah harusnya lo bilang sorry" ujar Luna masih kesal.

"Jadi karena gua gak mau lo gak bolehin gua naik bis bareng lo, gua cuma mau nememin lo aja sampe bisnya dateng" ujar nya semangat.

"Baik kan gua jadi temen?" ujarnya bangga.

Renjun sedikit tersenyum dibuatnya.

"Btw Jun, lo kalo ada masalah bisa cerita ke gua" ujar Luna

"Gua anaknya pendengar yang baik loh" ujarnya lagi membanggakan diri.

"Ya walaupun gua belum tentu bisa bantuin lo nyelesain masalah lo" ujar Luna.

"Tapi siapa tau kalo kita selesain bareng bareng jadi bisa kelar masalahnya, iyakan?" tanya Luna meyakinkan.

Sebenarnya Luna hanya ingin memberi dukungan untuk Renjun terkait apa yang dia dengar di ruang kepala sekolah. Hanya saja tidak mungkin mengatakannya pada Renjun terang terangan.

Tepat sebelum Renjun melangkahkan kakinya menaiki bis, Renjun membalikkan badannya.

"Thanks Lun" ujarnya lalu segera masuk kedalam bis, dan bis pun pergi.

Luna yang mendengarnya kaget.

"Kerasukan apaan si renjun bisa sebut namanya gua lun?" tanya nya pada diri sendiri. Merasa asing dan aneh karena Renjun tidak pernah menyebut namanya.

...

Disinilah Jaemin sekarang membantu Luna mengerjakan pr bahasa inggris, yang padahal hanya alibinya saja.

Sekarang mereka sedang berada di ruang tamu rumah Luna dengan buku berantakan di atas meja.

"Lun jadi pr lo mau gua bantuin gak sih? Kalo gak gua balik nih, malah main hape bocah" ujar Jaemin melempar pulpen pada Luna.

Jeno tidak bersama Luna sekarang karena Jeno benci bahasa inggris sehingga dia bilang tidak akan bergabung dengan Luna dan Jaemin. Tapi tentu itu yang Luna inginkan, tidak ada Jeno.

"Gua mau tanya sesuatu sama lo, tapi jawab yang bener! Awas lo ye" ujar Luna mengancam.

"Anjir gapenting lo" kesal Jaemin.

"Kali ini serius gua ini penting banget" ujar Luna.

"Nanya paan si" sahut Jaemin.

"Renjun sakit apa?" tanya Luna

Jaemin mendengarnya kaget bukan main. Bingung harus berbuat apa.

"Lo kenal Renjun?" tanya Jaemin

"Kenal, gua bahkan baru sadar kemaren kalo orang yang waktu itu di starbak itu Renjun kan? iyakan!?" ujar Luna memastikan.

"Gua mana tau kalo lo kenal Renjun, makanya gua cuma bilang dia temen gua" ujar Jaemin membela diri karena memang Jaemin tak tahu Luna mengenal Renjun.

"Ah yaudah gapenting, yang gua tanya itu si Renjun sakit apaan" tanya Luna.

"Hah? Sakit apaan emang? Lo doain temen gua sakit? Gila lo ya" ujar Jaemin.

Kali ini Luna melempar bantal pada Jaemin.

"Gak usah pura pura gak tau deh" ujar Luna lagi.

"Gua liat lo sama Renjun di depan ruang kepsek waktu itu" ujar Luna yang membuat muka Jaemin jadi tidak wajar.

"Lun, sekarang gua tanya, buat apa lo mau tau? Itu penting buat lo?" tanya Jaemin.

Luna diam. Sebenarnya selain hobby kekepoannya, Luma juga peduli dengan Renjun. Entah kenapa, tapi semakin kesini Luna ingin semakin kenal dengan Renjun.

"Ya karna gua pengen tahu tentang dia, gua kan temennya! Kenapa emang gak boleh?" tanya Luna.

Jaemin diam. Dia berfikir. Apa bisa Renjun temenan sama Luna, yang bahkan jika berinteraksi dengan perempuan saja sudah membuat Renjun keringat dingin dan mual.

"Sejak kapan lo temenan sama Renjun?" tanga Jaemin memastikan.

"Gua sering ngobrol sama dia di halte pulang sekolah" ujar Luna jujur.

"Ya walaupun gua emang selalu ngomong sendiri karena dia jarang nyautin obrolan gua" ujar Luna lagi.

Jaemin berpikir lagi. Apa Luna orang yang tepat bisa bantu Renjun keluar dari masa lalu nya? Bisa bantu Renjun sembuh?

"Tapi lo harus janji lo gak bakal jauhin Renjun dan tetep jadi temennya, walaupun kayaknya bakal susah" ujar Jaemin.

"Apasih yang gak bisa gua lakuin" ujar Luna percaya diri.

"Renjun sakit" ujar Jaemin akhirnya.

"Gynophobia" ujar Jaemin lagi.




.
.
.



Jaemin mau bantuin ngerjain pr Luna

your vote and comment would be meaningful for me✨↓↓↓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






your vote and comment would be meaningful for me
↓↓↓

Phobia ; Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang