8; Lari pagi

1.3K 319 80
                                    

"Aus lagi" ujar Luna yang sekarang sedang mengibas ngibaskan tangannya ke gerah an.

Matanya melihat lihat sekitar. Bertemu dengan botol minum tepat disampingnya. Dibangku yang sedang dia duduki sekarang. Lalu matanya menangkap seseorang yang duduk sedikit jauh dari nya. Namun posisinya aneh sepertinya punggungnya akan sakit bila mengesampingkan badannya seperti itu.

"Sorry, ini minum mas nya ya?" tanya Luna yang melihat postur badan orang disampingnya sepertinya seorang pria.

Renjun masih diam tak bergerak di tempatnya. Dia mendenger Luna bicara padanya tapi tidak tahu harus apa. Renjun memilih diam tak menjawab.

"Kalo bukan, saya hak milik ya" ujar Luna yang sudah tak tahan karena haus.

Renjun yang masih belum membalikkan badan kaget. Bisa bisanya ada perempuan sembarangan minum minuman orang asing di taman. Aneh kan.

Serius dia bakal minum minuman gua?, tanya Renjun dalam hati.

"Jangan" ujar Renjun tapi tetap tidak membalikkan badan.

Luna yang baru hendak membuka tutup botolnya terhenti.

"Bukan punya mas nya kan?" tanya Luna memastikan.

"Saya udah haus banget nih soalnya bisa dehidrasi ntar" ujar Luna lagi.

"Eh tunggu, kaya kenal deh suaranya" ujar Luna pelan pada dirinya sendiri.

Luna melihat sekali lagi orang yang duduk membelakanginya. Men scan siapa tahu Luna memang mengenalnya. Jadi kan lebih enak minta minumnya

Berinistiatif, Luna menjulurkan tangannya hendak menarik hoodie yang tengah terpasang dikepala orang itu.

Berhasil. Kini Luna melihat bagian belakang kepalanya. Rambutnya. Merasa kenal, Luna membuka suara.

"Tuhkan kenal!" ujar Luna tapi Renjun belum membalik badan.

"Bagi ya Jun minum lo. Daripada gua dehidrasi trus pingsan kan repot" ujar nya lalu membuka dan meminum air minum Renjun.

Renjun membulatkan matanya. Masih enggan untuk berbalik. Karena jika matanya bertemu, pasti dirinya akan semakin keringat dingin, mual dan jantungnya akan memompa cepat.

Setelah selesai minum, Luna membuka suara.

"Gua udah tau itu lo Jun, ngapain kayak orang ngumpet sih segala gamau balikin badan, nanti sakit tuh punggung lo" ujar Luna santai.

Renjun kini melemas. Karena punggungnya memang sakit dengan postur seperti ini. Duduk kearah depan namun membalikan badan ke arah samping. Bisa bisa skoliosis nanti.

Dengan perlahan Renjun memposisinya duduknya dengan benar diujung bangku. Menghadap depan. Tentu saja bukan menghadap Luna.

"Sakit kan pasti" ujar Luna.

"Btw makasih minumnya" Luna kini mengangkat botol minum Renjun yang sudah kosong. Berusaha menunjukan ke Renjun bahwa minumnya telah dihabiskan.

Renjun tanpa melihat pun tahu bahwa Luna meminum minumnya. Merasa tidak pantas seorang perempuan meminum minum orang asing di taman.

"Kan dibilang jangan" ucap Renjun pelan. Kini dia menunduk seperti biasa.

Luna sekarang bisa melihat seluruh wajahnya dari samping. Walaupun sebagian matanya tertutupi rambut.

"Sori deh, habisnya gua haus banget. Gak lucu kan kalo pingsan disini. Mana bang Mark gatau kemana lagi" ujar Luna.

"Lo gak marah cuma gara gara minum lo gua minum kan? nanti gua ganti deh gampang" ujar Luna lagi.

"Oiya lo lari sama siapa Jun? Sendiri?" tanya Luna.

"Rumah lo sekitar sini ya?" tanya nya lagi.

"Kalo rumah gua dua komplek disebrang taman ini, jauh banget kan? Emang dasar si Mark ngajak lari jauh jauh, kan cape" ujar Luna ngedumel sendiri.

"Btw Jun, gara gara lo waktu itu ninggalin gua, gua jadi pulang sendirian kan. Mana udah sore banget" ujar Luna mengadu. Lebih tepatnya menyalahkan Renjun.

"Sakit apa sih lo sampe gak bolehin gua naik bis bareng lo?" tanya Luna memancing.

"Gak nular kan?" tanya nya lagi.

Pertanyaan bodoh. batin Renjun.

"Lah kalo nular, orang se bis pada ketularan dong, bego banget gua" ujar Luna sambil berpikir.

"Terus sakit apaan dong?" tanya nya lagi.

"Soalnya lo keliatan baik baik aja, sehat sehat aja tuh. Buktinya sekarang malah lari pagi gini. artinya lo sehat" ujar Luna lagi.

Luna menghela nafas sebentar. Capek ngomong sendiri.

"Ini mah gua yang sakit Jun kalo gini terus" ujar Luna lagi.

Renjun bingung akan ucapan Luna.

"Sakit jiwa gua ngomong sendirian" ujarnya lagi.

"Tuh orang orang pada ngeliatin gua kan ah lo sih Jun" kesal Luna lebih seperti rengek kan.

"Jun" panggil Luna.

"Jawab dong sekali aja plis" pinta Luna.

Renjun masih tak bersuara. Karena biasanya Luna akan terus bicara walaupun tidak ditanggapi Renjun.

"Jun, kalo lo gak jawab, gua gak bakal lanjutin ngomong. Kita diem dieman aja pokoknya dan lo juga gak boleh pulang" ujar Luna mengancam.

"Junnn" panggilnya lagi.

"Jun serius ini gua serius banget banget banget" panggil Luna lagi.

"Renjunnnn" panggilnya kini dengan namanya.

"Huang Renjun" kini Luna memanggilnya dengan nama lengkapnya.

Renjun baru mendengar Luna memanggilnya dengan namanya itu. Tanpa sadar dia membalas.

"Hm?" gumam Renjun.

Luna terdiam sebentar memastikan tidak salah dengar.

"Jangan sakit ya" ujar Luna tulus.





.

.

.





Renjun lari pagi

ganteng banget, tapi cute, tapi ganteng, ngerti perasaan gua gak sih?

ganteng banget, tapi cute, tapi ganteng, ngerti perasaan gua gak sih?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cr pic from pinterest

your vote and comment would be meaningful for me
↓↓↓

Phobia ; Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang