Taksa 4

17 5 2
                                    

Setelah perjalanan darat tiga hari dua malam, dengan istirahat di losmen sekali, dan bergantian menyetir mobil, akhirnya enam muda-mudi itupun tiba di tempat tujuan-SEQUOIA!!

"HWAAAAAAAAAA............" Hutan berlarian menuju pohon-pohon raksasa negeri dongeng, tak peduli pada dingin yang menerpa, karena jaket dan seluruh barangnya ditinggalkan begitu saja. "INDAH SEKALI..............."

Gadis itu berputar-putar, melompat-lompat, menghinggapi salah satu Sequoia, merentangkan tangannya lebar-lebar namun sepertinya seperduapuluh keliling pohon saja tak sampai Hutan gapai. "Ini seperti pohon Ulin di Kalimantan!! Tapi ini jauh lebih besar! Dan tinggi!!!"

Di sisi lain, Cakra hanya tertawa-tawa dan meletakan barang mereka di dekat pepohonan pinus, bersiap memasang tenda, sembari mengawasi gadis itu dari kejauhan, takut ia terjungkal, karena keasyikan bertemu cintanya.

"Pacarmu lucu sekali, Cakra!" seru Lucas mendekat dan membantu pemuda itu memasang tenda. "Semua orang pasti tak menyangka kalau gadis selucu itu bisa menembak dan menghajar orang dengan-" / "LUCAS!" potong Cakra cepat, membuat seluruh rombongan itu menoleh ke arah sumber suara kecuali Hutan, mungkin terlalu jauh. "Aku sudah peringatkan kau untuk tak membahasnya!"

"Ayolaaah..." Pemuda Vietnam itu memasang wajah tak terima. "Dia bahkan tak bisa mendengar kita!"

"Sudahlah, Lucas." Brian muncul dan melerai mereka. "Perjanjian tetaplah perjanjian. Kita harus mengikuti instruksi Cakra, karena dia ketuanya."

"Dia?? Ketuanya?? Hah!!" Lucas mendorong Cakra kuat. "Sejak kapan aku setuju dia menjadi ketua?!" Cakra yang tak terima pun segera mencengkeram kerah baju Lucas kencang. "Kau ingat masih berhutang nyawa padaku! Jika bukan aku yang menyelamatkanmu di Kalimantan, kau sudah mati ditembak! Kau ingat, hah?!

"Hey hey hey!! Guysss...... Cukup! Cukup!" Semuanya pun turun tangan melerai. "Sudahlah...... Kita semua ini hanya lelah, kumohon jangan berkelahi!" seru Melina, disahuti James. "Ayolah kita cuma butuh istirahat saja, jangan kalian-" / "Kalian baik-baik saja?" tanya Hutan tiba-tiba hadir di dekat mereka, yang langsung membuat kelima muda-mudi itu mematung, membisu.

"Oh, Cantik........." Melina segera menghampiri gadis itu. "Mereka hanya kelelahan saja."

"Be-benarkah?" tanya Hutan penasaran, mengapa sekumpulan sahabat itu tiba-tiba bertengkar. Apa alasannya?

"Tenanglah!" Cakra pun meraih tangan Hutan cepat. "Kami baik-baik saja kok. Ya, Lucas?" serunya yang mendapat anggukan dari yang ditanya. "Ayolah, aku ajak kau ke tempat yang indah. Maaf sempat mengagetkanmu. Kami pergi dulu ya, guys..." Dan semuanya pun pura-pura tersenyum, sebelum akhirnya kembali menceramahi Lucas, karena rahasia mereka hampir terbongkar sebelum waktunya.

"Hwaaaaaaaaaaaaa..." Hutan menjerit bahagia ketika sampai di tempat yang Cakra maksud. Dari atas bukti tampak beberapa Sequoia menjulang tinggi begitu kontras dibanding pepohonan pinus di sekitarnya, membuatnya tampak seperti pohon sungguhan, sementara pinus-pinus itu hanyalah rumput-rumput.

Dan mereka pun berbaring sesaat di rerumputan bukit, dengan langit senja yang mulai menyapa, dengan kepala Hutan bersandar di dada Cakrawala, mengobrolkan ini dan itu, dan Hutan tak pernah sejatuh ini jatuh cinta pada pria, hingga tak terasa malam pun tiba.

HUTAN & CAKRAWALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang