Taksa 5

21 5 2
                                    

Malam kian pekat, ketika bintang berserakan di atas sana, bersanding dengan rembulan yang menggantung manis. Harum-harum khas pinus menguar ketara, dan beberapa Sequoia menjulang gagah di kejauhan. Tampak Melina tengah berdansa bersama James mengelilingi api unggun yang berkobar. Sementara Brian memetik dawai-dawai gitarnya, memainkan lagu yang tak utuh, namun cukup syahdu untuk dinikmati.

Di sisi lain, Hutan memilih bergelanyut pada dada bidang Cakrawala, menyesapi kopi hitam pekat tanpa gula kesukaannya, sambil sesekali berbagi cerita, dan sesekali terdiam, membiarkan degup jantung mereka berselaras satu sama lain.

"Hmmm-" Hutan buka suara. "Lucas-apa dia baik-baik saja, Cakra?" tanyanya khawatir, dan itu berhasil mengusik Cakra, ikut khawatir, karena temannya tersebut belum terlihat sejak empat jam yang lalu.

Namun tiba-tiba-DOR! DOR! DOR!!

Kelima anak muda itu meloncat bangkit ketika terdengar tiga bunyi tembakan dari kejauhan. "F*ck!! Itu pasti Lucas sedang mabuk!!" seru Brian melempar gitarnya asal, dan berlari masuk ke dalam tendanya.

"A-apa yang terjadi, Cakra?" tanya Hutan berubah takut. Bayangan pria bertubuh besar dan gempal seperti Lucas dalam keadaan mabuk dan memegang senjata, seketika menghantarkan rasa merinding ke seluruh tubuhnya.

"Aku akan membawanya kembali!" Cakra buru-buru berlari ke dalam tenda tempat Brian masuk, dan tak lama keduanya keluar dengan membawa senjata.

"A-apa yang terjadi????" pekik Hutan seketika bingung. Bagaimana bisa mereka memiliki senjata selama ini yang bahkan Hutan tak ketahui? "Sssshh... Tenanglah, Cantik," bisik Melina merangkul Hutan.

"TIDAK!!" Gadis itu tak mau ditenangkan. "Seseorang, tolong jelaskan ada apa ini sebenarnya?? Kalian siapa?? Kenapa kalian bersenjata??"

"Aku bisa jelaskan, Hutan..." seru Cakra berbalik, melihat sirat ketakutan dari wajah gadis yang dicintainya itu.

"Jelaskan!!! Jelaskan apa ini, Cakrawala!!" pekiknya tertahan. "Aku-aku-aku kira aku sudah mengenalmu dengan baik, tapi jika kuingat kembali aku tak sama sekali mengenalmu, Cakra. Kau tak pernah menyebutkan asalmu, tempat tinggalmu, kuliahmu, pekerjaanmu, atau apapun!! Selama ini yang kita bahasa selalu tentang aku dan-ASTAGA!!" Gadis itu menunjuk pada sosok Lucas yang muncul dari kejauhan, dengan pakaian serba hitam dan topi hitam, ini mengingatkannya akan kenangan setahun silam di Kalimantan. Penculik orangutan.

"Jadi-kalian-kalian-" Gadis itu perlahan melangkah mundur, kakinya bergetar hebat, begitu juga dengan kedua tanganya.

"LUCAS, KENDALIKAN DIRIMU!!" seru James melihat pria itu mengarahkan senjatanya pada Hutan. "Lucas! Hentikan! Hentikaaan!!" / "Hutan! Merunduk! Merunduk!" seru Cakra panik, segera berlari ke arah kekasihnya, dan-DORR!!

Suara desing peluru membahana, dan Hutan pun terhuyung-huyung jatuh, yang dengan cepat ditangkap oleh Cakra. Hutan kira ia akan merasakan sakit karena peluru menembus dadanya, namun justru rasa sakit itu muncul dari lehernya. Hutan menengadah dan dilihatnya Melina berdiri di sana, dengan sebuah suntikan di tangan.

"Kau-membiusku?" Itu ucapan terakhir Hutan sebelumnya akhirnya semua berubah gelap, gelap, dan menghilang.

HUTAN & CAKRAWALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang