- Act Thirteen -

26 4 0
                                    

Aku membuka mataku dan melihat ke sekitarku.

Im home.

Tidak kusangka, aku sudah berdiri didepan pintu kamar mandi kamarku dan sedang melihat ke arah ranjang dan tirai yang menghiasi balkoni kamarku.

Aku meraba seluruh tubuhku untuk memastikan aku tidak apa-apa dan memastikan ini bukan mimpi. Aku mencubit tanganku dan terasa sakit. Artinya bukan mimpi kan?

Aku segera turun kebawah dan menemukan mama sedang menghadap kulkas mengambil susu.

Mama: "ada apa Rowan?"

Rowan: "ini beneran mama kan?" Kataku mendekati mama san memegang megang lengan dan pundak mama.

Mama: "ngapain sih kamu Rowan? Tentu saja mama. Kamu kenapa?"

Aku hanya memalingkan wajahku dengan bingung.

Rowan: "apa apaan barusan.."

Mama: "kamu tidak apa Rowan?"

Aku mengangguk pelan

Mama: "sekarang kamu tidur. Ini sudah malam"

Rowan : "right" kataku sambil mengangguk-angguk dan beranjak ke kamarku.

Aku membaringkan tubuhku masih terbingung-bingung oleh apa yang teah terjadi. Aku melihat jam dan sudah hampir pukul 9.

Aku kembali berdiri dan mengambil gembok dan kunci yang terpasang di pintu kamar mandiku.

Aku mengambil hp dan duduk.
Aku mengangkat hpku ke telingaku untuk menunggu jawaban.

Jamie: "hey Rowan. Ada apa?"

Rowan : "Jamie i had the weirdest thing happened to me."

Aku menceritakan segalanya ke Jamie. Bahkan Jamie nyaris tidak percaya dengan apa yang ku ceritakan. Maksudku.. siapapun tidak akan percaya bukan?

Jamie: "ini sama sekali tidak masuk akal. Kamu harus bertemu psikolog."

Rowan: "Jamie, dont say that! Aku waras. I completely am."

Jamie: *menghela napas* "well we can talk about this later.."

Ia langsung menutup telepon.

Rowan: "ah!? Rude!"

Aku akhirnya memutuskan untuk membuka balkoni kamarku dan keluar.

Balkoni kamarku adalah atap rumahku. Aku meletakkan kasur empuk di atap karena biasanya aku tidak bisa tidur di dalam kamarku. Maka aku pindah tidur diluar.

Kayak gini lah kurang lebih pemandangannya kalo keluar dari kamarku ke balkoni atap rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kayak gini lah kurang lebih pemandangannya kalo keluar dari kamarku ke balkoni atap rumah. Comfy sih, not gonna lie. Tapi kalo ujan ribet.

Aku duduk di kasur itu dan melihat langit hitam berhias bintang. Masih dengan pemikiran penuh kebingungan, aku merebahkan diriku. Tak kusadari, aku tertidur.

[DOK DOK DOK]
"Row?"

Aku membuka mataku perlahan dan mengumpulkan kesadaran. Aku berdiri dan membuka pintu kamarku.

Rowan: "jamie?—ngapain kesini?"

Jamie: "aku gak mau liat temenku besok tidur di kelas cuma karena kebanyakan pikiran malem ini." Katanya berjalan masuk ke kamarku.

Jamie: "jadi? Jelaskan! Jelaskan apa yang terjadi dan jangan tinggalkan satu detail pun."

DEG
Apa-apaan.. dateng malam-malam gini cuma untuk nenangin aku.

Akhirnya akupun menjelaskan apa yang telah terjadi sedetail mungkin.

Jamie: "ini tidak masuk akal.."

Rowan: "iya kann? Bagaimana aku bisa tenang kalo gini caranya?"

Jamie: "um.. sepertinya ada satu hal yang masuk akal.. ah tapi kamu tidak mungkin percaya."

Rowan: "dan apa itu?"

Jamie: "itu..ah lupakan"

Rowan: "Jamie, kalau kamu sudah membawa itu dalam percakapan ini, maka katakan hal itu sebelum aku menerormu dengan jiwa kepoku ini!"

Jamie: "percuma saja, kamu ga bakal percaya."

Rowan: "Jamie!"

Jamie: "okay.."

Keheningan menyelimuti sekitar kita.

Jamie menghela napas dan mulai berbicara :
"Mungkin kamu telah membuka suatu portal. Portal menuju dunia lain, dunia paralel. Multiverse."

●●●

Next? Comment :)
Don't forget to vote!
Feedback? Dm📲

The Multiverse [wont continue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang