Masihkah kau milikku?

1.4K 138 27
                                    

Jongin tersenyum lembut, kedua matanya tampak berkaca-kaca menatap sang pujaan hati berdiri jauh didepannya. Orang yang sangat ia cintai berdiri di atas pelaminan, tersenyum tipis mencoba menenangkan Jongin dengan tatapan lembutnya. Jongin yang tengah memakai setelan jas hitam tak senada dengan orang yang dicintainya itu berbalik, ia hendak berjalan pergi jika saja seseorang paruh baya tak menahannya.

Jongin menundukkan kepalanya lesu, sebelum kembali menghadap ke arah pelaminan.

Diucapkannya janji suci pernikahan oleh lelaki yang berdiri memunggungi Jongin tersebut, lelaki yang kini tengah bersanding dengan seorang lelaki lain.

"Pada akhirnya aku hanya memiliki mu dalam hati dan pikiranku saja yang tertuliskan di atas selembar kertas. Janji suci yang pernah kau ucapkan dengan menyebut namaku, kini telah kau ucapkan sekali lagi dengan menyebut nama lelaki lain, Sehun."

Jongin baru saja membuka mata, ia melirik ke arah jam kecil di atas nakas. Menunjukkan pukul 7 pagi, dengan begitu ia bergerak kesisi lain dimana sang suami yang terbaring disampingnya masih memejamkan mata. Ia tersenyum, salah satu tangannya terulur ingin mengusap lembut surai hitam kesukaannya, namun segera ia urungkan saat melihat cincin putih yang melingkar di jari manisnya mengingatkan acara yang di gelar semalam. Acara dimana suami sahnya telah mengucapkan janji suci dengan lelaki lain.

Jongin mencoba duduk, menarik nafas untuk menenangkan pikiran dan hatinya sendiri. Ia menatap sekilas wajah sang suami yang terlihat lelah sebelum beranjak turun dari ranjang.

Seperti biasa, ia akan segera menyiapkan sarapan tepat setelah membersihkan diri.

"Hyung..." Sesaat Jongin menegang saat mendengar suara asing itu menyapanya, tidak mungkin menyapa Sehun atau yang lain karena dirinya tengah memasak sendiri di dapur.

Jongin berbalik dan menunjukkan senyuman terbaiknya, "Kau sudah bangun? Kenapa bangun sangat pagi? Apa tidak lelah, Theo?"

"Tidak, hyung." Theo terlihat menggelengkan kepalanya, "Aku sangat lapar." Lanjutnya sembari mengintip ke arah belakang punggung Jongin.

Jongin tersenyum lembut, "Duduklah, akan segera siap sarapannya."

Theo mengangguk, ia hendak duduk saat tiba-tiba sosok lain berjalan melewatinya begitu saja dan langsung memeluk Jongin, memberikan ciuman di kening, pipi dan tak tertinggal bibir, kegiatan rutin yang Sehun lakukan setiap paginya.

"Sehun, aku bawa teflon panas!" Peringat Jongin, karena ia tengah membawa teflon yang baru saja ia angkat.

"Auw! Kemari, biar aku yang lanjutkan." Sehun mencoba mengambil alih teflon tersebut dari tangan Jongin, sebelum berbalik untuk membaginya ke setiap piring yang tersedia, "Oh! Theo? Kau disini? Sejak kapan?" Sehun tampak baru menyadari jika  ada orang lain disana.

"Eung sejak kau melewatiku begitu saja?" Jawab Theo dengan nada ragu yang dibuat-buat untuk menggoda Jongin.

"Ah!" Sehun terkejut karena Jongin memukul punggungnya, hampir saja nasi goreng buatan sang suami tumpah,"Kenapa memukulku? Ini barang panas!" Peringat Sehun sebelum berbalik mengembalikan ke tempat cucian, "Bagaimana jika nasi gorengnya terjatuh? Aku mau makan apa?" Protes Sehun karena Jongin yang tetiba memukul.

"Itu salahmu, kenapa kau melewati orang dan tidak menyadari keberadaannya?" Jongin kembali memukul lengan Sehun.

"Ah! Berhenti memukulku! Aku benar-benar tidak tau tadi." Ujar Sehun sembari kedua tangan sibuk mencuci barang-barang yang digunakan Jongin untuk memasak, "Theo, maaf! Aku benar-benar tidak melihat!"

"Nee hyung, bukan masalah yang besar." Jongin diam membeku saat suara kecil dan lembut Theo memberikan jawaban.

Jongin berbalik menoleh ke arah Theo, "Dia begitu lembut, benar-benar cocok dengan Sehun." Batin Jongin saat melihat bagaimana Theo yang sekarang ini tengah tersenyum.

Pemikiran Sekai (Oneshoot Nya SeKai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang