Emotion (SeKai)

2.1K 145 22
                                    

Hujan semakin deras mengguyur kota Seoul, namun tak membuat si kecil ini beranjak dari duduknya. Ia masih menatap lekat kucing kecil yang tak jauh dari kursi tempat duduknya, membuat dress yang ia kenakan basah.

"Nini masih disini?" Seorang lelaki muda menyapanya, memberikan teguran pada gadis kecil di depannya.

"Dad, aku ingin membawa kucing itu. Kasihan jika ia tetap disana. Dia bisa mati kedinginan..." Nini menunjuk kucing kecil itu.

Lelaki itu mengikuti kemana arah Nini menunjuk, "Daddy ambilkan jika Nini masuk mobil sekarang...."

Tanpa menunggu lama, Nini langsung beranjak dari duduknya. Ia dengan cepat berlari menuju mobilnya sang Daddy, pintunya dibiarkan terbuka untuk memastikan jika Daddy nya akan mengambilkan kucing malang itu untuk dirinya.

"Nini sendirian? Mana Daddy?" Seorang lelaki lain muncul dengan sebuah payung hitam di tangannya.

"Daddy sedang mengambilkan kucing untukku..." Nini menunjukkan senyumnya.

Lelaki itu mengikuti kemana arah telunjuk Nini mengarah, di lihatnya lelaki yang disebut Daddy oleh Nini tengah berjalan menuju keduanya dengan seekor kucing abu-abu di dekapannya.

Saat semua sudah didalam mobil, "Nini menginginkannya... Aku tidak bisa menolak..." Keluh Sehun, ia merupakan ayah tunggal dari Sehun. Ia menjadi seorang single parents setelah kematian istrinya paska melahirkan Nini.

"Kau selalu menurutinya..." Protes Jongin, yang tak lain adik dari Sehun sekaligus paman dari Nini.

"Dia satu - satunya putriku. Kau akan mengerti saat sudah menikah nanti..." Sehun mulai mengusap rambut panjang Nini dengan handuk, membiarkan Jongin mulai mengemudikan mobil.

"Kau tau negara kita melarang orientasi ku. Aku tidak bisa menikah, jadi jangan memintaku menikah. Aku punya Nini untuk menjadi putriku, tidak perlu menikah atau mengadopsi." Protes Jongin, ia sudah berulang kali mengatakan pada Sehun jika ia tidak ingin menikah apalagi dengan seorang perempuan.

"Cobalah sesekali dengan perempuan." Saran Sehun, meskipun percuma, namun Sehun ingin Jongin mencobanya.

"Aku sudah mencobanya, dan tidak bisa."

"Baiklah, jadi dengan siapa kau berkencan kali ini?" Sehun coba mengalihkan pembicaraan.

"Aku tidak akan memberi tahumu. Kita sudah sampai, kalian bisa turun? Aku harus menemui seseorang. Aku akan pulang saat larut, jadi jangan menunggu untuk makan malam." Pesannya pada Sehun, sebelum beralih pada Nini yang sibuk dengan kucing malangnya, "Nini, aku akan pulang terlambat, segera mandi, ganti pakaian dan makan. Dia (telunjuknya mengarah pada hidung kucing itu) boleh masuk ke kamar, tapi tidak di atas ranjang. Aku akan membelikan tempat tidur untuknya nanti. Setuju?" Tawar Jongin mengulurkan jari kelingking.

"Setuju!" Nini dengan semangat menerima tawaran dari Jongin.

Setelah sedikit pesan dari Jongin, Sehun dan Nini segera memasuki rumah mereka. Nini melakukan persis yang diperintahkan Jongin, Sehun hanya perlu mengawasi Nini melakukan semua hal. Jongin selalu membantu Sehun untuk menjaga Nini. Terkadang, Sehun merasa jika Nini lebih dekat dengan Jongin meskipun ia sudah meluangkan banyak waktu untuk putrinya, si kecil akan lebih membela Jongin dalam hal apapun.

Malam sudah hampir habis dan berganti pagi, jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari saat Jongin memasuki rumah, dengan pelan ia berjalan menuju kamarnya. Pintu kamarnya terlihat sedikit terbuka, menandakan seseorang memasuki ruangan privasi miliknya. Ia mempercepat langkahnya, disana terlihat Sehun tengah berdiri dengan sebuah buku di tangannya. Buku yang sangat pribadi untuk Jongin, sebuah buku yang mencatat semua rahasia dan kegundahan hatinya. Sehun menunjukkan ekspresi yang tak terbaca saat menyadari Jongin berdiri di pintu kamar.

Pemikiran Sekai (Oneshoot Nya SeKai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang