Hai... haiii.. Aku dataaangg bawa chapter 3...
Kayanya aku lama bgt gak update ya? Maaf guys.. lagi sibuk bgt di RL.. hehe
Hope you guys enjoy this story...
As always, sorry for typo...
Happy reading....
***
Pagi yang sunyi. Kulihat semuanya masih terlelap dalam tidurnya. Entahlah. Semenjak terbangun dari mimpi semalam aku tak tenang sama sekali. Tidurpun tak nyenyak.
Mingyu juga. Pria itu masih setia menggenggam tanganku. Aku sadar kalau ia berusaha menenangkanku. Bahkan perlakuan sekecil itu membuatku nyaman.
Memang aku masih mendapat perhatian lengkap dari orangtuaku. Hanya saja untuk berkumpul rasanya sulit. Ayahku benar-benar sibuk dikantor. Apalagi mama. Meski sering bekerja dari rumah, tetap saja sibuk.
Akhir-akhir ini mama memang lebih sibuk karna mengurus pembukaan butiknya di Surabaya bulan depan. Dan mama hanya keluar ruang kerja ketika waktu makan saja. Meski begitu, mereka tetap memperhatikan kegiatanku di sekolah.
Aku tak pernah merasa kekurangan kasih sayang kok. Hanya saja terkadang saat aku sedih, aku hanya perlu sebuah pelukan hangat yang biasanya kudapat dari mamaku.
Mengingat semua itu membuatku tersenyum. Ya, Mingyu sempat menggantikan posisi mamaku saat kejadian kemarin. Aku sungguh bersyukur.
***
Aku bersiap kembali ke basecamp saat aroma lezat terperangkap oleh hidungku. Aku sedikit melirik ke dapur, disana terlihat berbagai macam makanan tersaji. Dan pelakunya adalah mama.
"Ma, tumben masak banyak banget?"
"Kaya nggak paham aja sama porsi makan mereka." Ucap mama sembari terkekeh ringan.
"Iya juga sih ma. Apalagi Lucas. Pantas saja badannya bisa setinggi itu."
"Yasudah, buruan bangunin mereka. Ajak sarapan."
"Iya ma."
Aku melanjutkan langkahku menuju basecamp. Begitu masuk, Mingyu sudah terlihat segar. Sedangkan yang lainnya seperti tidak mempunyai gairah hidup. Lesu.
Ya, namanya juga baru bangun tidur. Harap maklum. Aku sendiri mulai membereskan bekas tidur kami. Dari merapikan kartu dan permainan lain hingga melipat selimut.
Tak lama berselang, semua sudah terlihat segar dan bersiap menuju rumah utama. Aku berdiri paling belakang bersama Mingyu. Saat akan memasuki rumah, ia menggenggam tanganku pelan.
Aku tersenyum. Seolah berkata 'Aku tak apa.' Dan ia juga membalasnya dengan senyuman. Jujur, meski hanya sekilas itu cukup membuatku tenang. Aku sendiri berharap mimpi itu hanyalah sebuah mimpi.
Selama ini aku mencoba tak merepotkan siapapun dengan masalahku. Ya. Aku memang pandai menyembunyikannya.
Mungkin setelahnya, aku akan mendapat penghargaan sebagai Aktris terbaik se-RT karna aktingku. Dan beruntungnya mereka percaya.
Aku memang tak ada niat sedikitpun untuk berbohong. Hanya saja seperti yang aku bilang tadi bahwa aku tak ingin merepotkan mereka. Karna aku yakin mereka juga memiliki masalah sendiri.
Seperti saat kejadian kemarin. Aku tak membiarkan mereka mengetahuinya. Terlebih Rosie. Dia akan sangat panik jika sesuatu terjadi padaku.
Aku sadar betapa mereka menyayangiku bak saudara kandung. Aku pun sama. Karna kakakku pergi dinas diluar kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destin
Teen FictionSemua ini bukan hanya tentang cinta. Melainkan tentang jalan menuju kebahagiaan di hidup ini. Dan dengan segala alur kehidupan yang tak dapat ditebak semudah itu.