End Game

2 0 0
                                    

Holaaa.. guysss.. sepertinya aku terlalu lama menelantarkan book ini..

Selalu, setiap malem tuh badan kerasa remuk... Jdi mau lanjutin book ini aja maju mundur..

So, dari pada kebanyakan curhat mending langsung aja..

Happy Reading...

Sorry for typo..

***

Mingyu POV

Sudah 3 hari Adel menjalani terapi dengan kak Joshua. Namun sama sekali belum ada perubahan. Dan senin besok Adel diperbolehkan ke sekolah. Untuk mengetahui apakah terapi tersebut berdampak pada  traumanya.

Luka-luka ditubuhnya mulai mengering. Selama pengobatan ini, aku tak pernah sekalipun meninggalkannya sedikitpun kecuali untuk sekolah.

Entahlah. Otakku memerintah untuk jangan terlalu perhatian ke Adel dan fokus ke kehidupanku sendiri. Tapi aku bisa apa? Kalau hatiku menolak mentah-mentah pikiran itu?

Dan sore ini memaksa seluruh member Al1 -kecuali Adel- berkumpul di rumahku. Aku yang menyuarakan ide itu. Apalagi kalau bukan untuk membahas kasus Miss Mery.

Aku ingin mengetahui pendapat mereka. Apakah kita harus menghadiri persidangan itu atau tidak. Diriku sendiri yakin akan mendatangi tempat itu besok pagi.

"Jadi gimana guys? Siapa yang setuju? Dan siapa yang menolak?"

"Gua setuju Ming. Karna mau bagaimanapun gua, Rosie dan Jacob pernah menjadi korban dari tindakan mereka."

"Iya Ming. Mending kita semua besok kesana."

"Yaudah. Gua kabari kak Joshua atau kak Amel dulu. Agar salah satu dari mereka bisa menemani Adel."

"Btw Ming. Lo secinta itu ya sama Adelia."

Ucapan Felix saat itu membuat suasana disekitar menjadi akward. Aku sendiri terkejut mendengar ucapannya. Apakah perasaanku setransparan itu? Hingga sahabat Adel mengetahuinya?

"Eh?"

"Bener Ming apa yang dikatakan Felix?"

Kalimat Rosie saat itu membuat seluruh pasang mata menatapku serius. Astaga, mereka membuatku semakin terpojok.

Aku menghela nafas berat. Well, sepertinya aku harus jujur.

"Hm. Iya guys. Gua emang suka sama Adel. Bahkan sebelum teror ini terjadi. Tapi untuk sekarang, rahasiakan ini dulu. Biarkan dia fokus dengan pengobatannya."

"Wah, sepertinya aku kalah start."

"Maksud lo Lix?"

"Gua juga suka sama Adel. Tapi sepertinya Adel cuma nganggep gua kek kembarannya doang. Gak lebih. Karna dari apa yang gua liat selama ini, dia nyaman banget sama lo Ming. So, Congrats Ming."

Sekali lagi. Suasana mendadak canggung usai perkataan Felix terlontar. Melihat hal itu, Lucas mencoba mencairkan suasana.

DestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang