Haiii guys.. I'm back..
Work kali ini jujur beda dari work aku sebelumnya.
Penasaran?
So, Stay tune di work ini..
Hope you guys enjoy this story..
And happy reading..
Sorry for typo..
***
Pelajaran Fisika kali ini berakhir lebih cepat dari biasanya. Meski begitu, tetap saja berakhir dengan otak yang panas. Bahkan mungkin bisa berasap saking panasnya.
Teman kelasku langsung meninggalkan kelas tanpa babibu lagi. Saat ini hanya makanan yang dibutuhkan usai mempekerjakan otak dengan extra.
Sebelum Mingyu beranjak, aku menahan lengannya. Sorot matanya tampak kebingungan. Aku hanya menatapnya seolah berkata ada yang ingin kubicarakan.
"Guys kalian duluan aja. Aku sama Mingyu bakal nyusul."
"Oke. Yuk Ros, Cas."
Usai mereka pergi, aku langsung membuka tasku. Mengeluarkan kotak tadi dan menunjukkannya ke Mingyu. Pria itu kaget.
"Ini ulah siapa sih! Kok tiba-tiba menerormu? Apa salahmu? Hah?!"
"Sstt. Mingyu jangan keras-keras ngomongnya. Kan aku dah bilang untuk merahasiakan ini dari yang lain. Aku gak ingin mereka terluka."
"Ok. Sekarang diem aja. Gak perlu respon surat ini. Belum tentu ucapannya disini beneran atau cuma gertak sambal. Kalau memang beneran sang pelaku tega melukai teman kita, terpaksa kita mengikuti permainannya. Sembari mencoba mencari tahu sang pelaku. Paham."
"Iya Ming."
"Sekarang kita makan dulu. Setelah ini kan jadwal kita di lab. Aku gak mau karna lapar membuatmu gak fokus dan melakukan kesalahan. Oke?"
Aku hanya mengangguk. Kami pun bergegas menyusul yang lain. Takut menimbulkan kecurigaan.
Aku sendiri mencoba lebih relaks. Sampai dikantin, beberapa pasang mata menatapku tak suka. Lebih tepatnya adek kelas. Yah aku paham alasannya.
Karna, Kevin dkk bergabung dimeja kami. Entahlah. Intinya semenjak genk Al1 memonopoli peringkat 5 besar parrarel, makin banyak yang membenci kita.
Bukan benci secara harfiah. Hanya saja mereka tak ingin bersinggungan dengan kami kecuali mereka butuh sesuatu. Secara kasarnya disebut friend with benefit. Aku sendiri tak mempermasalahkannya.
Asal hal itu tak merugikanku. Sudah biasa bagi kami mendapati perlakuan seperti ini semenjak SMP. Mengingat kami bersahabat dari kecil.
Usai mendapat makanan, aku beranjak ke meja Al1. Entah darimana asalnya sebuah susu kotak melayang dan tepat mengenai kepalaku.
Hal itu cukup membuatku oleng dan menabrak meja kosong. Ujung meja itu sempat melukai tanganku. Beruntung makananku tidak tumpah.
Mingyu yang bersamaku langsung mengedarkan pandangannya. Mencari sang pelaku. Namun, sepanjang mata memandang tak ada siapapun yang mencurigakan.
Bahkan beberapa siswa lain sampai terkejut dan menatapku iba. Aku perlahan melanjutkan langkahku. Secepat kilat Mingyu merampas nampanku dan mendahuluiku.
Sampai disana, mereka langsung menatapku khawatir. Bahkan Rosie langsung memeriksa kepala dan badanku. Begitu melihat luka di lenganku, ia bergegas meminjam kotak P3K.
Dengan telaten ia merawatku. Bahkan mengucapkan mantra yang dulu sering kami ucapkan waktu kecil. Berkat hal itu aku sedikit tersenyum.
"Del, kok tadi bisa ada susu kotak terbang sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Destin
Teen FictionSemua ini bukan hanya tentang cinta. Melainkan tentang jalan menuju kebahagiaan di hidup ini. Dan dengan segala alur kehidupan yang tak dapat ditebak semudah itu.