Hai... guys.. bosen gak liat sapaanku yang gitu gitu aja? Hehe
Aku bawa chapter ke 7 nih...
Semoga masih sanggup bacanya hehe..
So, hope you guys enjoy this story..
As, always sorry for typo..
Happy reading...
***
Sekembalinya dari loker room, aku memasuki kelas untuk mengikuti pelajaran Bahasa Inggris. Namun, satu hal yang menarik perhatianku. Beberapa siswa menmindahkan mejanya menjauh dariku.
Well, aku tak peduli. Yang jelas ini hanya sandiwaraku. Meski sakit tapi tak apa. Aku hanya diam dan fokus pada materi. Sesekali aku mencoret-coret buku, mencatat hal-hal yang penting.
Waktu terasa begitu cepat. Bel istirahat berdentang. Pertanda berakhirnya jam pelajaran. Usai mengakhiri kelas, Pak Vernon pun meninggalkan kelas. Aku melirik Mingyu sekilas.
"Ming, kita harus ke kantornya Bu Hasna kan?"
"Iya Del. Kuy."
Aku berjalan beriringan dengan Mingyu menuju ruang guru. Tak sedikit yang bergunjing disepanjang lorong kelas. Bahkan ada yang terang-terangan meminta Mingyu menjauhiku.
Telingaku mulai terasa panas. Secepat mungkin aku merogoh airpods disaku dan memakainya. Memutar lagu KPOP yang dapat mengembalikan moodku.
***
Sampailah kami di ruangannya bu Hasna. Beliau mempersilahkan kami duduk dihadapannya. Bu Hasna sendiri tengah mencari sesuatu di lokernya.
"Nah. Adelia, Mingyu. Kalian bisa kan jadi perwakilan OSN 3 bulan lagi?"
"Ya? Tapi kan ibu tahu kalau Mingyu bahasa Indonesianya belum lancar. Apa itu mungkin?"
"Dia memang lemah di Bahasa Indonesia. Tapi ia sangat pintar di bidang sains. Ibu yakin kalian pasti bisa. Gimana?"
"Baiklah. Tapi bidang apa?"
"Untuk itu nanti kalian akan mengikuti semacam pelatihan untuk menentukan kalian akan difokuskan pada bidang apa. Paham?"
"Paham bu. Pelatihannya dimulai kapan?"
"2 minggu lagi. Sekarang ibu sedang mencari tutor tambahan untuk membantu pembelajaran kita."
"Baiklah bu. Kalau begitu saya permisi bu."
"Iya silahkan."
Aku pun keluar dengan raut cemas. Bukan karna aku tak mampu mewakili sekolah. Sebenarnya aku bisa bahkan sangat mampu untuk sekedar membawa pulang medali emas.
Hanya saja kondisiku saat ini sedang tidak memungkinkan. Teror yang berkepanjangan membuat kepalaku terasa penuh. Bahkan tak ada celah sedikitpun untuk menyerap pelajaran.
Tanpa sadar langkah kakiku sampai di kantin. Mingyu sendiri masih setia mengikutiku. Tatapan penuh kebencian kembali tertuju untukku. Aku tak mempedulikannya dan beralih pada meja snack.
Sandwich, susu kotak dan 2 buah sosis menjadi menu makan siangku. Aku beniat untuk memakannya di taman belakang atau rooftop. Intinya aku hanya ingin sendiri.
Terserah Mingyu akan mengikutiku atau tidak. Tapi aku akan sangat bersyukur jika Mingyu mengikutiku. Sehingga aku dapat membahas kelanjutan teror ini.
***
Semilir angin menerpa helaian rambutku. Aku menikmatinya. Sesekali aku menatap lalu lalang siswa dibawah sana. Yups, aku memilih rooftop dan Mingyu benar-benar mengikutiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destin
Teen FictionSemua ini bukan hanya tentang cinta. Melainkan tentang jalan menuju kebahagiaan di hidup ini. Dan dengan segala alur kehidupan yang tak dapat ditebak semudah itu.