PART 5

321 47 8
                                    

Diam-diam aku kembali ke kelas, saat ms. Metha membawa kami ke lab psikologi hingga tidak ada satupun mahasiswa di kelas itu.

Aku memasang kamera mini di jaket william.

"Kumohon bantu aku". Ucapku semacam merapalkan mantra agar kamera itu tidak diketahui oleh pemilik jaket.

"What?!!! Kau gila. Kau bisa mati yua". Lagi-lagi telingaku dihajar oleh pekikan suara prilly.

"Tenanglah. Kamera itu tidak akan diketahui olehnya. Aku meletakkannya pada tempat yang benar-benar aman".

"Aku malas berucap. Aku hanya berdoa, saat kita lulus kau masih berbentuk manusia, bukan potongan daging atau tubuh tak bernyawa". Ucap amanda ngeri.

"Hah...omong kosong. Kalian lihat saja". Ucapku sambil mengotak atik labtopku. Mencek sambungan kamera yang ku pasang. Dan ya....berhasil.

Ia tampak sedang berjalan menuju suatu tempat yang tidak siapapun tau itu dimana.

"Kemana dia?".

"Siapa?".

Amanda penasaran lalu melihat ke labtopku.

"Kau benar-benar melakukannya?". Amanda tidak percaya.

Aku hanya tersenyum.

"Kali ini kita akan lulus bersama-sama". Ucapku yakin.

***

Malam pun tiba, aku menikmati jilatan demi jilatan eskrimku sambil memandang video di labtop silver itu.

"Seharian dia diluar? Apa ia tidak punya rumah?". Pikirku memperhatikan video itu.

Aku mengambil heandsfree, dan memasangnya ke telingaku. Mengambil pulpen dan kertas kosong untuk mencatatat setiap pembicaraannya diluar dan berharap bisa mengolahnya menjadi data penelitian ku.

Namun, belum sampai 15 menit, telingaku di pekakkan oleh dentuman musik dj yang sangat keras.

"Fuck....".

Bentakku sambil melepas spontan handsfree itu.

"Dimana si bodoh itu ". Hardikku lalu memeriksa labtopku.

Sebuah bar, bar yang sangat ku kenal.

"Jadi setiap malam dia disana?". Pikirku.

Tiba-tiba sorotan kameraku menjauh. William melepas jaket itu dan ya...aku bisa dengan leluasa mengintai apa yang ia lakukan.

"Bukankah psikopat itu orang yang ansos? Lumayan banyak juga komplotannya". Gerutuku dalam hati.

Waktu terus berlalu. Aku mulai lelah dengan kegiatan ku mengamatinya. Rasanya cukup, dan aku ingin menyudahinya.

Aku bergerak ke arah labtopku yang sedari tadi jadi pusat tontonan ku, memainkan jariku di atas pusat kursornya dan ingin menekan tombol shutdown. Hingga satu pasang mata dari video itu menghentikan aksiku.

Aku panik bukan kepalang. Salah satu dari teman william menyadari keberadaan kameraku.

Tampak william dan temannya memeriksa kamera itu.

"Sial...". Pikirku.
Aku tak habis pikir apa yang harus aku lakukan.

Dan dalam hitungan menit, layar labtopku menghitam.
Ya....tentu saja. Mereka pasti telah menghancurkan kamera mini ku.

"Akh...ini menyebalkan. Apa yang harus ku lakukan". Ucapku menngacak rambutku.

William POV

"Siapa yang berani-beraninya mengintaiku". Geramku sambil meremukkan kamera itu dengan sekali genggam.

"Hmmm aku rasa itu orang disekitarmu". seringai jack sambil menyeruput alkohol di tangannya.

STAY WITH PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang