PART 28

359 53 16
                                    

Malam telah semakin larut. Aku tidak mampu memejamkan mataku. Untuk kesekian kalinya kepalaku masih di penuhi oleh william.

Aku berjalan menuju balkon rumahku. Duduk dan memandangi rumah si keparat itu.

Separah inikah penyakit hati? Sekejam inikah cinta?

Separah inikah penyakit hati? Sekejam inikah cinta?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semilir angin malam menyelimuti kulitku. Aku benar-benar kesepian.

William...harusnya kau tidak masuk kedalam hatiku. Harusnya kau tidak membiarkan ku jatuh cinta. Ini menyiksaku, kau membuatku mati perlahan, kau menyiksaku Stefan william....

Aku menangis sambil merebahkan kepalaku di karpet lembut yang sengaja ku tempatkan di balkon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menangis sambil merebahkan kepalaku di karpet lembut yang sengaja ku tempatkan di balkon. Rasanya hatiku sakit. Rasanya bagai tersayat dan di beri lemon.

Aku tak pernah serapuh ini. Apa ini karma untukku karena menyia-nyiakan banyak hati?

Tapi aku tak pernah meminta mereka mencintaiku. Aku rapuh.. Sangat rapuh.

Perlahan rasanya aku mengantuk. Mataku mulai menutup.

"Apakah aku sekejam itu padamu?". Bisiknya sambil memeluk tubuhku dari belakang. Pelukan memilukan.
Pelukan yang sangat kurindukan.

"Kau jahat. Kau melukai aku william". Tangis ku tanpa menepis tubuh yang kini menghangatkan kulitku.

"Jika begitu, maafkan aku honey....maafkan aku". Bisiknya sambil mencium pucuk telingaku.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
STAY WITH PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang