PART 23

351 55 19
                                    

"Lepasin aku....kalian kejam". Tangis ku saat beberapa tubuh dengan ganasnya menikmati tubuhku.

Hatiku hancur, hal yang ku jaga selama ini direnggut secara tidak manusiawi. Apa salahku?

"Tidak.....".

Aku terbangun dengan peluh yang membanjiri kening serta wajahku.

"Hei...hei...are you right??". Tanya lelaki di depanku dengan wajah cemasnya.

Wajah itu mengingatkanku dengan pelecehan yang ku alami dulu. Rasanya aku mengalami phobia yang besar karena itu.

"Yua...are you right? Kau butuh sesuatu? ". Ucapnya lagi.

Aku menggeleng lembut.

"Tenang aku di sini". Ucapnya lalu memelukku.

Aku diam. Pelukan itu sangat nyaman. Aku merasa sangat membutuhkan hal itu.

"Kau mau makan sesuatu?". Tanyanya lagi.

"Will...".

"Ya...?".

"Kenapa kau lakukan semua ini? Kau mau membalas ku?". Tanyaku serius.

William tampak diam. Aku tak tau apa yang ia pikirkan.  Hanya aku mengerti, Ia sedang mencari alasan yang tepat disana.

"Kenapa kau tanya seperti itu?".

"Aku hanya ingin tau kejelasannya".

"Lambat laun kau akan mengerti kenapa aku lakukan ini. Lagi pula, kau belum mengenalku. Kau hanya tau aku seorang yang kejam". Ucapnya.

Aku terdiam memandangnya. Berharap ada jalan keluar yang dapat memecah teka-teki yang ia buat.

"Oiya... Tadi nyonya alice datang, ia memberikan beberapa makan. Dan sudah ku tata di meja. Ia ingin melihat keadaanmu. Hany saja kau masih istirahat". Ucapnya.

"Terimakasih". Ucapku pelan.

Cup...

Tanpa kusadari, sebuah kecupan mendarat di keningku.

"Aku tidak menerima kata terima kasih secara cuma-cuma. Aku anggap ini lunas".

Ucap william dengan santainya. Lalu pergi tanpa mperdulikan aku dengan wajah merah meronaku.

***
Malam kembali. Aku termenung fi depan jendela kacaku sambil membaca beberapa massage dari diana. Ia mengkhawatirkanku.

"Mau keluar?".

Ucap william tanpa menolehku.

"Kemana?".

"Cari makan, jalan-jalan, atau hal lain.  Itu akan menghilangkan sedikit stress mu". Balasnya.

"Sejujurnya aku rada takut dekat-dekat denganmu".

"Kenapa?".

"Ya...fillingku mengatakan kau sedang merencanakan sesuatu".

"Mungkin". Balasnya dengan wajah bengis yang menyebalkan.

Bulu kudukku kembali berdiri.

"Heh...sayangnya situasinya belum tepat. Kalau tidak sudah aku selesaikan".

Ucapnya sambil menggigit bibir bawahnya.

William sialan.

***
Aku dan william pergi keluar. Ia coba menenangkan frustasiku. Hingga akhirnya kami sampai ke sebuah wahana permainan baru.

"Apa ini?". Tanyaku penasaran.

"Aku mau kita main ini". Tambah william.

"Find your love?". 

STAY WITH PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang