PART 9

323 46 7
                                    

"Kira-kira kita mau nonton apa?". Tanyaku sambil mengekori prilly dan amanda dari belakang menuju kursi kami di dalam bioskop itu.

"Horor donk. Kesukaanmu". Balas prilly.

"Masuk sana". Ucap amanda menuyuruhku duduk di pojokan. Bangku kedua paling ujung.

Aku pun menurut.
"Permisi". Ucapku pada lelaki yang duduk tepat di sebelahku. Tak ada respon. Ia hanya diam tanpa menggubrisku.

"Masa bodo. Aku juga bayar kok". Pikirku Lalu duduk.

15 menit kemudian, film pun di putar. Suasana gelap menutupi ruangan itu. Menambah kesan ngeri saat film mulai mengeluarkan musik menegangkan.

"Gue takut man". Rengek prilly sambil memeluk lengan amanda.
Amanda pun membuang pandangannya dari layar yang sewaktu-waktu dapat memunculkan wajah menyeramkan.

Sedangkan aku, bukannya takut, retinaku malah semakin membesar, menanti setiap kelanjutan cerita yang sedang di paparkan. Namun,

"Menyukai filmnya?".

Orang di sampingku bicara. Aku menoleh ke atas dan kebawah, namun tidak ada siapapun yang menggubrisnya.

"Ia bicara pada siapa?".

Aku kembali fokus ke filmku.

"Melupakan ku?".

Seketika aku terpaku pada wajah yang sudah sangat dekat denganku. Aku menoleh saat wajahnya benar-benar dekat denganku.

"Wi...William". Ucapku terbata.

"Kau...berani mengintaiku🤬".
Ia kelihatan murka. Air wajahnya memerah, hampir seperti gunung yang siap memuntahkan lavanya yang panas.

"Bagaimana ini?".
Aku melirik prily yang asyik dengan filmnya. Aneh, mereka sama sekali tidak menyadari keberadaanku dan william.

"Takut sayang?". Ucapnya mengusap pipi kananku. Sekilas kulihatbkilatan putih di jarinya.

Oh...tidak, itu silet. Apa yang ingin dia lakukan?

"Ingin rasanya kuukir garis kasar di kulit pipimu yang halus dan bersih ini. Bisa kau bayangkan sakitnya sayang?". Seringainya tajam.

Aku hanya diam sambil sesekali menahan nafasku. Aku ngeri kalau-kalau silet itu benar menyayat kulit wajahku.

"Bibir ini sangat seksi ms.YN. ingin rasanya kucium dan menggigitnya hingga putus". Ancam nya dengan mata melotot yang mengerikan.

"Ja...jangan". Ucapku dengan suara yang segugukan.

"Kenapa? Kau takut manis?". Tanyanya sambil menaikkan alis.

Keringat ku mulai menetes. Ac ditempat itu terasa panas, sepanas bara api. Aku merasa tubuhku basah oleh keringat ketakutan ku.

"Kau salah memilih teman bermain sayang. Dan kau sudah memulai permainan ini terlalu jauh". Ucapnya sambil menggoreskan mata silet itu dari pelipis hingga pipi kananku.

Rasa perih perlahan memenuhi ku.  saat luka menganga itu dikenai oleh keringatku. Air mataku menetes dibarengi segugukanku yang lumayan keras.

"To..tolong". Batinku.

"Ini akan semakin menyakitkan nona YN". Ucapnya sambil melayangkan silet itu dengan cepat ke arah mataku.

Akkkhhh.....

"Yuangka Natalia".

Aku terjaga ketika suara mr. Lim meneriaki namaku. Tampak satu kelas memandang ku dengan pandangan konyol.

STAY WITH PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang