PART 25

308 47 20
                                    

Sial....sudah seminggu tempatku sepi klien. Biasanya setiap hari aku akan sibuk memikirkan pemecahan setiap masalah mereka. Kini aku hanya duduk frustasi di ruangan ku.

Dan yah...si brengsek william juga menghilang dengan mereka. Dan bodohnya aku sangat merindukannya.

Tok..tok...tok...

"Permisi, ibu manggil saya?". Tanya diana yang muncul di pintu ruanganku.

"Iya...masuklah diana". Ucapku membenarkan kursiku.

"Ibu baik-baik saja?. " tanyanya sambil duduk di hadapanku.

"Baik diana. Hanya sedikit lelah". Ucapku sambil tersenyum.

"Diana, ada yang ingin aku sampaikan". Ucapku letih.

"Iya bu?".

"Maaf sepertinya kerjasama kita sampai disini. Saya gak bisa pekerjakan kamu lagi."

"Loh...kenapa bu? Saya buat kesalahan ya bu?".

"Tidak di...bukan itu. Kamu lihat keadaan biro. Sepi klien. Dan jika terus seperti ini bagaimana kita bertahan. Saya juga gak sanggup lagi gaji kamu dan karyawan kita yabg lain🥺".

"Hm...hanya karena itu ibu mecat saya?". Ucapnya dengan nada kecewa.

Aku terdiam dan memandangnya penuh penyesalan.

"Ibu dengar ya, tanpa ibu bayar saya, saya juga gak papa. Saya udah anggap ibu kaya keluarga saya. Setara kakak mungkin. Karena ibu itu buat saya nyamannnnnn banget sama ibu". Ucapannya begitu tulus. Rasanya aku ingin menangis.

"Bu...dulu ibu terima saya kerja saat saya udah putus asa. Sekarang, saya ingin bersama ibu, terima segala resiko yang akan terjadi bersama. Ibu gak sendirian, ada saya, ada klien-klien yang pernah ibu bantuin. Saya yakin, tanpa ibu bilang pada merekapun, ibu udah jadi salah satu tokoh di doa mereka".

Tanpa komando aku berdiri mendatangi diana lalu memeluknya. Sungguh aku butuh banyak sekali bahu saat ini.

"Makasih ya diana. Kamu masih mau sama aku. Padahal aku udah di titik terbawahku". Tangis ku di pelukannya.

"Sekuat-kuatnya ibu bantu beban orang lain, ibu juga butuh seseorang buat membantu ibu dengan beban ibu." ucapnya.

Aku hanya menangis pilu.

***

Satu lagi, pagi yang sangat sunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu lagi, pagi yang sangat sunyi. Aku malas kekantor, malas memasak, aku hanya duduk memandang kerumah si brengsek william. Untung-untung kalau dia kembali.

Aku tidak bisa menemukannya. Di kantornya , di rumahnya, semua kosong. Ia benar-benar lenyap.
Berkali-kali aku menelponnya, namun tak pernah ia mengangkat. Aku benar-benar kehilangan sosok william.

Tring...tring....

Ponselku tiba-tiba berdering.

Secepat kilat aku meraihnya. Berharap itu adalah william. Namun ternyata aku salah.  Itu Amanda.

STAY WITH PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang