Part 17

292 50 18
                                    

Hari-hari damai ku kembali.

Bulan-bulan berikutnya, aku dan amanda wisuda. Dan kami menyelesaikannya lebih cepat dari mahasiswa lain.

Bagaimana dengan prilly?

Sejak awal, aku dan amanda sudah tau kalau fashion prilly bukan di psikologi. Melainkan di design dan art.

Prilly memutuskan berhenti dari kuliahnya dan mulai Mengolah butik keluarganya di paris.

Namun sebelum itu, kami menghadiri pertunangan amanda dan marchel. Aku senang akhirnya amanda jadi pribadi yang kuat dan bijak. Ia bisa menerima keputusan mama dan papanya untuk berpisah. Itu berat tapi aku percaya akan amanda.

So...how about me?

Aku kembali ke jerman. Kembali kedalam zona keluarga. Aku bekerja di salah satu biro psikologi terkenal di negara itu. Dan apa kau tau, aku menjadi seorang psikiater muda ternama disana.

Hal yang membuatku senang adalah, ketika mama dan papa memutuskan untuk menetap di paris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hal yang membuatku senang adalah, ketika mama dan papa memutuskan untuk menetap di paris. Otomatis aku tinggal sendiri. Dan yap...bebas.

Tring......tring.....

Telepon itu berdering hebat.

"Ya diana?".

"Bu yuangka ada janji dengan pak al?". Terdengar sautan di sana.

"Kau tidak bilang aku ada pasien padanya?".

"Dia bersikeras bu".

"Yah biarkan dia masuk". Ucapku dongkol.

Aliandra adalah sepupuku. Benar atau tidak tapi aku merasa ia mencoba mendekati ku.

"Siang nona manis". Ucapnya muncul dari pintu jati itu.

"Huft...apa kau tidak ada kerjaan lain sampai harus datang kebiro ini?".

"Hah...jangan kasar nona. Aku merindukanmu".

"Itu memuakkan al". Ucapku lalu kembali tenggelam dalam berkas-berkasku.

"Kau sudah makan siang?". Tanyanya lagi.

"Aku bawa bekal".

"Good kita bisa berbagi". Ucapnya memandang ku dengan wajah genit nya.

"Tidak dan aku tidak ingin. Bisa keluar sekarang. Sebentar lagi aku kan kedatangan klien."

"Kasus apa?".

"Perceraian. Cukup keluarlah". Ucapku sedikit memaksa.

Dapat kulihat raut wajah kesalnya saat aku mendorongnya keluar pintu ruanganku.

Ia benar-benar lelaki keras kepala.

***
Jalanan benar-benar sesak. Aku sedikit menyesal membawa mobil hari ini. Mungkin lain hari bisa dengan sepeda atau jalan kaki.

STAY WITH PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang