TUJUH

538 31 0
                                    

                       🏴🏴🏴

Sudah empat kali alarm dari hp Dara bunyi, tapi gadis itu tidak sadar sadar dari alam mimpinya. Tepat ke lima kalinya Dara baru membuka matanya dan mematikan alarm di hp nya. Saat itu juga ia terkejut.

"Anjir, jam setengah tujuh." kaget Dara.

"GUE TELATTTT." bukannya cepat cepat membereskan dirinya ia malah teriak.

"Bodo amatlah udah biasa ini."

Sekarang Dara malah cuek, setelah tadi ia panik. Saat ia akan meletakkan handphone nya di meja yang terletak di sebelah kasurnya perhatiannya teralih melihat sepucuk surat di mejanya. Ia mengambil segera membaca suratnya itu.

Dara teteh pergi duluan ya, hari ini  ada praktek pagi. Teteh udah bikinin sarapan buat kamu, ada di meja deket kompor ya. Kamu gak usah sekolah hari ini ya luka kamu belum sembuh, makanya gak teteh bangunin. Hati hati di rumah ya cantik, kalau ada apa apa telpon teteh aja.
Byeeeee muachhh 😘😘

Dara sangat beruntung karena bisa mengenal Feby. Baginya Feby itu sosok kakak yang sangat baik. Ia sosok yang selalu ceria, meskipun kemarin ada masalah yang menimpanya.

Dara segera bangkit dari kasurnya, berjalan ke meja dekat kompor. Ia melihat sepiring nasi goreng yang dibuatkan Feby untuknya.

Ia segera mengambil kotak bekal yang ada di lemari piringnya. Memasukkan nasi goreng tadi ke kotak bekal nya, ia berniat makan di sekolah saja. Ia tidak mendengar pesan Feby untuk tidak masuk sekolah hari ini.

Cukup 20 menit untuk Dara bersiap - siap ke sekolah. Sebelum pergi ia mengganti perban lukanya terlebih dahulu.

Ia keluar dari kamarnya, menguncinya, lalu turun untuk mencari kendaraan apa yang bisa ia pakai untuk pergi sekolah.

"Naik apa ya hari ini?" Dara bingung ia mau naik apa.

"Motor, angkot, ojek, atau bis sekolah?" Bingung nya lagi.

"Kayaknya bis sekolah gak ada lewat lagi deh. Ya udahlah ojek aja."

Dara mengambil handphone dari sakunya, dan membuka aplikasi ojek online, dan memesannya. Hanya lima menit Dara menunggu abang ojol datang.

"Adara Elee, enora bukan?" Abang itu tampak kesusahan menyebutkan nama belakang Dara.

"Iya bang." Setelah mendapatkan jawaban, abang itu menyerahkan helm pada Dara.  "Agak cepetan ya bang."

Abang ojek  itu hanya mengangguk saja. Sepuluh menit kemudian Dara sudah sampe di sekolah, dan menyerahkan uang sepuluh ribu pada abang itu.

Dara melihat ke dalam sekolahnya, ternyata sudah sepi, pasti pelajaran udah mulai pikirnya. Ia melihat jam di handphone nya tertera angka 07.17, ia telat 17 menit.

Tanpa pikir panjang lagi, ia memasuki sekolahnya, menyapa satpam yang sedang berjaga disitu.

"Halo, pak Mul." Sapa Dara pada pak Mulyadi, satpam sekolahnya. "Hari ini siapa yang jaga?" Tanya
Dara pada pak Mul.

"Bu Prima lagi neng, harusnya sih Bu Sinta, tapi katanya Bu Sinta sakit." Ucap pak Mul.

"Oke deh makasih ya pak, saya masuk dulu pa." Pamit Dara pada pak Mul.

Dara masuk melihat sekitarnya. Aman pikirnya karena ia tidak melihat adanya Bu Prima. Saat ia mau melangkah terdengar suara dari belakang.

"Bagus ya udah telat kalian mau kabur gitu aja?." Suara Bu Prima terdengar dari belakang.

Kalian? Dara pikir ia hanya telat sendirian. Ia membalikkan badannya, melihat Bu Prima berkacak pinggang dan melihat seorang pria yang ia kenali, ya dia adalah Ander.

ADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang