BAB V. TEMAN PERTAMA DAN TERAKHIR

136 79 88
                                    

{Cobalah dengarkan lagu di atas untuk menambah feel sebelum membaca}
×××××××××××××××××××××××××××××××××××××

[ Apa yg terjadi di dalam cerita ini hanyalah fiksi belaka. Tidak ada maksud untuk menyinggung pihak manapun. Bila terjadi kesalahan selama penulisan, bisa langsung beri komentar di kolom yang sudah disediakan ya. Dan aku minta maaf bila terjadi persamaan nama tokoh, tempat, atau semacamnya. Sekian dan terimakasih. ]

#Sudah Direvisi

______________________________________________

“Stress dari diri sendiri lebih berbahaya daripada stress yang datang dari orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Stress dari diri sendiri lebih berbahaya daripada stress yang datang dari orang lain.”

Masih di tempat yang sama dari bab sebelumnya.

     Belum sampai 1 menit bertatapan, senyuman di wajah Lani begitu cepat berubah. Kembali seperti semula.
   Suasana akrab tadi seakan berganti menjadi suasana yang penuh kecanggungan.

     “Maaf.” lirih Rion dengan wajah mulai memerah

  Sedangkan Lani hanya berdiam diri saja.
  Sebuah cahaya terang mendadak muncul menyilaukan kedua mata sepasang anak kecil itu, cahayanya datang dari arah mobil hitam yang sudah terparkir di bawah rintikan hujan deras.
    Pintu terbuka dan keluarlah seorang pria berjas hitam dari dalamnya sembari memegang gagang payung yang sudah terbuka lebar di atas kepalanya.
  Pria tersebut berjalan menghampiri posisi mereka.

    “Ayah?” kaget Rion terpelongo sekilas

“Kenapa kamu ada di sini? Ibumu sudah khawatir di rumah.”

   “Maafin aku ayah. Aku sudah berkali-kali menghubungi supir kita, tapi nggak diangkat-angkat sampai handphoneku kehabisan baterai.”

   “Seharusnya sebelum berangkat sekolah itu kamu periksa dulu baterai handphonemu, jangan asal bawa saja!”

  “Maafin aku ayah.”

   “Ini siapa?”

“Dia teman baruku.”

    “Kalian satu sekolah?”

“Iya.”

   “Apa kalian baik-baik saja?”

  “Kami berdua baik-baik saja kok ayah. Benarkan Lani?”

  “Eum.”

“Syukurlah kalau begitu. Ayo kita pulang Rion.”

ALTER EGO  [END] [HASIL GABUT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang