BAB VIII. MULA KEHIDUPAN BARUKU

113 60 89
                                    

{Cobalah dengarkan lagu di atas untuk menambah feel sebelum membaca}
×××××××××××××××××××××××××××××××××××××

[ Apa yg terjadi di dalam cerita ini hanyalah fiksi belaka. Tidak ada maksud untuk menyinggung pihak manapun. Bila terjadi kesalahan selama penulisan, bisa langsung beri komentar di kolom yang sudah disediakan ya. Dan aku minta maaf bila terjadi persamaan nama tokoh, tempat, atau semacamnya. Sekian dan terimakasih. ]

#Sudah Direvisi

______________________________________________

“Aku tidak mengharapkan sesuatu yang istimewa sekarang, aku bahkan tidak mengharapkan banyak hal darimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Aku tidak mengharapkan sesuatu yang istimewa sekarang, aku bahkan tidak mengharapkan banyak hal darimu. Tapi,aku takut akan berakhir seperti ini. Aku takut kehilanganmu.”

  Malamnya aku pulang bersama salah seorang asisten pribadi milik Nyonya Sara.
  Sesampainya di rumah aku melakukan hal biasa, seperti menggosok gigi sebelum tidur dan menyusun roster untuk pelajaran besok.
  
   “Kalau aku boleh tahu, kamar kamu ada dimana?” tanya Kak Alisa, orang yang bertugas menjagaku selama tinggal di rumah

  Aku berjalan sedikit ke sebelah kiri dan menunjukkan pintu berwarna merah muda kepadanya, “Ini.”

  “Boleh kakak masuk ke dalam?”

Aku hanya menganggukkan kepalaku lalu kembali berjalan ke ruang tamu.
   Dapat kudengar bahwa wanita muda itu sedang membuka sekaligus melihat seluruh isi kamarku. Lalu tak lama kemudian ia datang menghampiriku yang sedang menuangkan sekotak sedang susu putih di atas dua gelas kaca.

   “Ini untuk kakak,” ketusku sambil menggeserkan gelas itu ke depannya

  “Ah terima kasih.”

“Umm,”
 
Suasana terasa begitu canggung. Sekali-kali aku menatap bulu mata yang lentik itu di wajahnya Kak Alisa, namun tatapanku tertangkap basah olehnya.

  “Apa yang sedang kau lihat di wajahku?” tanya Kak Alisa terkekeh kecil

“N-nggak ada.”

“Ah iya, apa kau lapar?”

“Sedikit, kenapa?”

“Mau makan di luar bersamaku?”

“Nggak mau.”

“Kenapa?”

“Ayah selalu melarangku, aku nggak boleh makan sembarangan di luar.”

ALTER EGO  [END] [HASIL GABUT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang