ALTER EGO [END] [HASIL GABUT] ✓

BAB XIX. PERMAINAN BERAKHIR [UP]

{Cobalah dengarkan lagu di atas untuk menambah feel sebelum membaca}
×××××××××××××××××××××××××××××××××××××

[ Apa yg terjadi di dalam cerita ini hanyalah fiksi belaka. Tidak ada maksud untuk menyinggung pihak manapun. Bila terjadi kesalahan selama penulisan, bisa langsung beri komentar di kolom yang sudah disediakan ya. Dan aku minta maaf bila terjadi persamaan nama tokoh, tempat, atau semacamnya. Sekian dan terimakasih. ]

#Sudah Direvisi #bab_panjang

______________________________________________

"Aku ingin hidup di dalam kenanganmu hingga akhir, aku ingin tersenyum di dalam kenanganmu. Walau seperti terlihat seperti orang bodoh, jujur, aku hanya ingin bersamamu."

"Aku tidak perduli kau itu anak pembunuh atau apapun, aku cuma ingin mengeluarkanmu dari kehidupan buruk itu."

"Enyahlah, sebelum aku..."

"Apa? Kau ingin membunuhku juga? Baiklah, lakukan sekarang."

"Siapa kau sebenarnya?"

"Aku adalah bagian dalam hidupmu."

"Huh, omong kosong macam apa ini? Berhentilah ber-drama di depanku."

"Apa aku terlihat seperti itu di matamu?"

"Apa?"

"Evita dan Lani adalah orang yang sama. Kalian adalah gadis termanis yang hadir dalam hidupku."

"Apa maksudmu?

"Kumohon kembalikan Laniku yang dulu..."

"Kau benar-benar sudah gila ya."

"Iya aku gila, gila karenamu..."

Rion dan Lani, selaku sepasang remaja yang kini telah berada di atas loteng gedung sekolah mereka.
Mendengar perkataan itu, Lani segera memalingkan pandangannya ke arah kota.

Perlahan Rion melangkahkan kedua kakinya, membuat jarak di antara mereka semakin mendekat. "Bagi rasa sakit itu padaku..." pintanya dan mimik sedih terpancar jelas di wajahnya

"Kau nggak tahu apa-apa tentangku, menjauhlah!"

"Apapun katamu, aku nggak akan pergi. Aku sudah tahu semua tentangmu, bahkan tentang keluargamu.. aku juga sudah mengetahuinya. Aku nggak mau kehilangan dirimu lagi..."

"Kenapa.. kenapa kau begitu peduli terhadapku?

"Itu karena kau adalah cinta pertamaku."

"A-apa?"

"Seburuk apapun dirimu, kau tetaplah yang terbaik bagiku." Dengan hangat ia menggenggam tangan Lani, mendekatkan wajah mereka, dan kemudian mencium lembut bibir mungil Lani untuk ke yang kedua kalinya.