Fortieth Petal

35 5 4
                                    

"Nona Muda, apakah Anda yakin untuk melakukannya sendiri?"

Shiragiku terlihat membawa ember kayu kecil dan kain. Lengan haori-nya [3] digulung ke atas dan diikat dengan tali putih. "Aku akan baik-baik saja melakukannya sendiri."

"Tapi nanti sayang kalau haori Anda terkena debu. Biar saya saja yang melakukannya, Nona Muda," bujuk Marry.

"Tidak masalah. Kau hanya perlu membersihkannya sehari sekali saat aku sedang sekolah."

Marry akhirnya mengangguk. "Baiklah, Nona Muda."

Shiragiku pun berjalan ke sayap kanan kediaman menuju sebuah pintu yang terletak tidak jauh dari kamar orangtuanya. Setahun yang lalu, dia menemukan sebuah pintu di balik dinding koridor paling ujung. Dia memang tidak pernah tahu jika ada pintu ruangan lain di lantai dua kediaman. Dan kentara sekali, jarang ada yang mengurus sisi tersebut karena pintunya yang berdebu sekali hingga ada jaring laba-laba di sisi pintu.

Akhirnya Shiragiku memutuskan untuk membersihkan kamar itu sendiri, mumpung dirinya juga sedang senggang.

Di ujung koridor, Shiragiku membuka pintu kamar tersebut. Terlihat keadaan kamar tersebut yang berselimut debu. Barang-barang di dalamnya tidak banyak dan terletak dengan rapi. Ada tempat tidur berukuran kecil, sebuah meja belajar kayu, dan jendela kecil yang tirainya sudah kusam. Di bawah jendela terdapat vas bunga dengan beberapa tangkai higanbana yang sudah layu dan menghitam karena jarang diurus.

Shiragiku menyibak tirai dan membuka jendela, membiarkan angin segar dan cahaya matahari masuk ke kamar itu. "Aku ingin tahu siapa yang menempati kamar ini," batinnya. "Sayang sekali, padahal kamar ini cukup nyaman. Pemandangan dari luar pun terlihat indah."

Tanpa membuang waktu, gadis itu bergegas pergi ke kamar mandi dan mengisi ember dengan air, lalu mulai membersihkan debu yang menutupi perabotan. Dia membersihkan lantai, mengganti air di vas bunga yang sudah bau karena sudah terlalu lama tidak diganti dengan air yang baru, dan mengelap cermin yang ada di sebelah meja belajar. Kamar kosong tersebut perlahan mulai bersih kembali setelah sebelumnya pengap dipenuhi debu dan sarang laba-laba.

Si krisantemum putih menghela napas puas melihat hasil kerja kerasnya. Kamar itu kini sudah terlihat lebih rapi dan nyaman untuk ditempati. Tinggal meminta Marry untuk membersihkan tempat tidur dan membeli bunga baru.

Seusai membersihkan kamar tersebut, Shiragiku memandangi bingkai foto yang terletak di sudut meja belajar. Foto seorang perempuan dengan rambut panjang sepinggang dan mengenakan kimono berwarna merah gelap bermotif higanbana. Wajah perempuan itu sama persis dengan dirinya, seolah dia adalah si krisantemum putih versi rambut panjang. Mata perempuan itu meninggalkan kesan dingin dan tenang.

Sejauh ingatan Shiragiku, tidak ada orang selain mereka yang tinggal di kediaman. Hanya ada mereka berlima, Kigiku, Kuroba, Shion, dirinya, dan Tsubaki. Tidak ada seorang pun yang menyebutkan jika ada anggota keluarga yang berwajah mirip dengannya. Mungkin bukan hanya mirip, malah perempuan itu seolah-olah adalah cerminnya.

Shiragiku yakin dia dan Tsubaki adalah kembar dua, bukan kembar tiga. Lagipula, perempuan itu tampak lebih tua beberapa tahun. Mungkin lebih tua dari ibunya. Sosok perempuan itu juga mirip dengan wanita yang dia lihat saat kecil, berambut hitam panjang dan berkimono merah. Namun wanita yang ada di foto itu terlihat sehat dan memiliki wajah yang terawat, sementara yang ditemuinya saat masih kecil justru ringkih dan pucat.

Shiragiku menaruh kain yang digunakan untuk membersihkan kaca cermin ke dalam ember, kemudian kembali menatap pantulan dirinya. Dia ingin tahu siapa perempuan yang ada di foto itu. Tapi entah kenapa malah ragu untuk menanyakan hal itu kepada Kigiku atau kepada siapapun.

[End] Chrysanthemum & Camellia 3: Final JudgementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang