Forty Sixth Petal

45 5 12
                                    

Besoknya...

"Maaf jika aku merepotkanmu kemarin."

Shiragiku menyodorkan kaus dan celana yang kemarin dipinjam kepada Kazuyuki. Pagi itu, dia dan Tsubaki pergi ke rumahnya untuk mengembalikan pakaian milik si pengacara. Dia juga membuatkan muffin sebagai ucapan terima kasih.

Kazuyuki menerimanya. Dia melihat kotak berisi muffin yang ada di bawah kaus dan celana yang sudah dilipat rapi. "Sampai memberikan ini. Kau tidak perlu repot-repot, Shiragiku-san. Aku malah senang bisa membantumu."

"Aku berpikiran untuk memberikan sesuatu, sebagai balasan atas kebaikanmu kemarin. Jadi, kuharap Anda menyukainya," kata Shiragiku.

Kazuyuki mengangguk. "Sama-sama. Jika ada sesuatu, segera hubungi aku. Mungkin aku bisa membantumu."

Shiragiku pun membungkukkan badan berterima kasih, lalu berlari ke arah Tsubaki yang sudah menunggunya di depan pagar rumah. Keduanya pun berpamitan untuk ke sekolah. Kazuyuki melambaikan tangan dan berpesan agar mereka berhati-hati.

Si kembar berjalan menuju halte. Tak berapa lama, sebuah bus dengan tujuan ke Rainbow Line berhenti. Keduanya segera naik dan duduk di kursi paling belakang. Bus kemudian berjalan ke arah tujuan.

"Jadi itu kakaknya Kizuna-sensei, ya. Aku tidak menyangka mereka hanya tinggal berdua di Okata," kata Tsubaki.

"Tiga, dengan anaknya Kizuna-sensei. Sebetulnya sensei memiliki istri, tetapi dia meninggal sebelum pindah kemari. Kazuyuki-san belum memiliki anak."

Tsubaki manggut-manggut kecil. "Ngomong-ngomong, kau kemarin sudah kabur duluan, jadi kau tidak tahu siapa pelaku sebenarnya dari orang yang mencoret-coret mejamu. Dan kemungkinan besar yang menaruh paku payung di sepatu."

"Siapa?"

Si camellia merah menghela napas. "Maaf saja aku harus mengatakan ini, tapi Akizuki Rito yang melakukannya."

Entah sadar atau tidak, tetapi ada beberapa pasang telinga yang tampak mendengar nama Rito disebut. "Rito, anak yang waktu itu kutolong?" tanya Shiragiku.

"Ya, orang yang sama. Kanzaki sempat mendampratnya di depan kelas. Kasumi yang memberitahu, sih. Dan ternyata dia tidak berbohong, Rito memang pelakunya. Lalu di jam istirahat, Rito langsung datang ke kelas dan bersedia untuk bertanggung jawab dengan perbuatannya."

"O-Oh...," Shiragiku hanya menyahut kecil.

Tsubaki menghela napas. "Sebenarnya ada satu hal lagi. Tapi kuharap kau bisa merahasiakannya. Aku juga tidak akan mengatakan ini secara langsung, melainkan dari pesan yang dikirimkan Nozomi kemarin kepadaku."

Si camellia merah menyodorkan ponselnya. Terlihat sebuah pesan yang di forward melalui alamat surel. Shiragiku sedikit terkejut ketika melihat judul yang tertera di pesan itu. Di judul, tertulis "Skandal anak baru SMA Miharayama, fakta atau hanya rumor?" dan dibawahnya terdapat deretan pesan serta nama Akizuki Rito sebagai anak yang terlibat.

"Kejadian ini sudah menyebar hingga ke seluruh angkatan Rito, bahkan beberapa murid tahun kedua dan ketiga juga mendengarnya. Kau baca saja pesannya, mungkin kau akan berpikiran serupa dengan kami."

Di pesan itu tertulis jika Rito terlibat sebuah skandal yang jika tersebar hingga ke luar SMA Miharayama maka akan menimbulkan gosip jelek yang bisa menjatuhkan nama sekolah. Tidak ada yang tahu sumbernya, namun kabar burung tersebut menyebar begitu cepat beberapa hari setelah upacara penerimaan murid baru di awal April. Shiragiku tampak tidak mempercayai matanya saat membaca mengenai skandal tersebut dari pesan yang dikirimkan Nozomi.

[End] Chrysanthemum & Camellia 3: Final JudgementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang