Fifty Seventh Petal

19 4 0
                                    

Besoknya...

"Eito-niichan...," Rito tidak mampu berkata lagi begitu mendengar berita yang disampaikan oleh Kizuna-sensei melalui para Resistance mengenai menghilangnya Eito. Peserta lain pun turut terkejut saat mendengarnya.

Kizuna-sensei menghela napas. "Saya hanya berharap jika kita bisa menemukan Hirasaka-san secepat mungkin. Semoga saja kejadian yang dialami oleh Aragi-san dan Shinomiya-san tidak sampai terulang lagi."

Para peserta hanya mengangguk. "Untuk sekarang, kalian tetaplah di dalam gedung hingga keadaan menjadi aman. Jangan ada yang keluar, dan jangan sampai berkeliaran seorang diri. Jika perlu sesuatu, segera katakan. Saya yakin kita bisa bertahan hingga menemukan jalan keluarnya."

Setelah Kizuna-sensei memberikan berita mengejutkan itu, seluruh peserta pun kembali ke kelas masing-masing, meskipun diselimuti rasa takut dan kekhawatiran jika Eito tidak pernah ditemukan. Atau skenario terburuk, bernasib sama dengan Yukina dan Aya. Mereka hanya bisa berharap agar Kizuna-sensei cepat menemukan jalan keluar dan membawa mereka keluar dari area SMA Miharayama, yang kini menjadi penjara sekaligus jebakan bagi yang tidak beruntung menjadi sasaran dari si pembunuh.

Para anggota Resistance memutuskan mengadakan pertemuan di kelas seperti biasa. Mereka saling memastikan jika tidak ada hal mencurigakan yang ditemukan dan peserta yang tersisa dari tiap fraksi masih aman.

"Bagus, keadaannya masih sama seperti kemarin, meskipun saat ini kita tidak tahu dimana Eito." Momiji memulai. "Aku tidak ingin berasumsi, tapi mungkinkah Eito menemukan sesuatu dan malah masuk ke jebakan pelaku?"

"Maksudmu?"

"Aku berpikir kematian Shinomiya Aya ada kaitan dengan apa yang kalian temukan di ruang guru. Terlebih kunci yang menggantung di pintu, seseorang tampaknya sengaja menggantung kunci untuk memancing Shinomiya Aya dan menggunakan kesempatan kecil itu untuk menghabisinya. Walau aku tidak yakin bagaimana cara si pelaku bisa kabur dalam waktu singkat. Atau bisa saja dia melompat dari jendela dan menggunakan semacam tali sehingga kita tidak melihat jejak, meskipun ada juga kemungkinan menunggu momen yang tepat untuk keluar dari tempat bersembunyi.

Lalu mengenai kematian Yukina, kurasa dia mengetahui sesuatu ketika pertama kali datang ke camp ini. Mungkin saja, 'kan, dia menyadari keanehan itu dan mungkin berusaha menyelidiki siapa sebetulnya si Mastermind sekaligus orang yang telah mengundang semua peserta kemari. Hanya saja dia tidak beruntung, atau memang Mastermind sudah memperkirakan hal ini untuk terjadi sehingga makan malamnya diracuni oleh sianida di malam pertama."

Tsubaki menghela napas. "Momiji, aku menghargai pemikiranmu. Tapi rasanya ada kecacatan di dalam deduksi itu."

Momiji kaget. "Eh?!"

"Yang pertama, tidak mungkin si pelaku kabur dari jendela walaupun kemungkinan dia bersembunyi di loker juga cukup masuk akal. Masalahnya kita tidak menemukan tali atau kain yang diikat hingga bisa memanjang. Kalau saja menggunakan tali, pastilah dia tidak akan bisa mencopot ikatan pada benda yang menjadi penahan. Kedua, tampaknya Yukina juga tidak tahu apa-apa soal Mastermind. Dan memang entah ketidakberuntungan yang terlalu buruk atau sudah diperhitungkan, dialah korban pertama dalam acara ini."

Momiji menepuk kepala sembari mengerang. "Salah lagi! Padahal aku sudah yakin deduksiku tadi benar!"

"Tapi deduksi Momiji ada benarnya," papar Hibiki.

"Hah? Maksudmu?"

"Aku tidak yakin apakah deduksiku benar, namun setelah mendengar kalimat Momiji tadi kurasa aku yakin pelakunya bisa saja bersembunyi di loker dan menunggu waktu yang tepat untuk membunuh Shinomiya Aya-san. Setelah membunuhnya, dia bersembunyi kembali dan menunggu momen untuk bisa kabur tanpa ketahuan. Jadi pelaku kemungkinan berada di suatu tempat di gedung utama untuk bersembunyi. Dan tinggal masalah waktu hingga akhirnya Hirasaka-kun yang jadi korban. Meski aku berharap dia baik-baik saja."

[End] Chrysanthemum & Camellia 3: Final JudgementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang