Broken Petal: Soulless Rotten Love Flower

8 1 0
                                    

Si kembar saling bertatapan. Haruskah mereka percaya kepada Rito, setelah apa yang terjadi kepada mereka? Mungkin saja, meski Rito sudah menindas mereka secara tidak langsung, menaruh paku payung di sepatu Shiragiku dan juga ulat di sepatu Tsubaki. Apalagi sampai membuat Shiragiku kabur dari sekolah dan depresi seharian karena luka lamanya yang terbuka lagi oleh perbuatan anak itu.

Namun sebuah jawaban yang mengejutkan keluar dari mulut Tsubaki.

"Aku tidak bisa percaya kepadamu."

Rito tertegun ketika mendengarnya. "A-Apa maksudmu... senpai?"

"Aku sudah berkali-kali memberikan kesempatan untuk kau mengubah diri. Namun kenyataannya kau selalu saja berulah, bahkan hingga membuat Shiragiku trauma. Dan sekarang kau ikut andil dalam menjebak kami dan membutuh nyawa-nyawa tidak bersalah yang seharusnya bisa keluar dari sini dengan selamat."

"Tsubaki...," Shiragiku berdesis.

"Maaf, Shiragiku. Kurasa untuk saat ini, kita akan berbeda pendapat," desis si camellia merah. "Aku senang kalau kau memilih untuk mempercayainya, tetapi keputusanku takkan berubah."

Shiragiku hanya mengangguk. Dia memegang tangan kembarannya. "Tidak, itu memang keputusanmu. Aku tidak bisa mencegahnya."

Tsubaki menghela napas. "Syukurlah kalau kau juga sependapat. Kadang...," dia berpaling ke arah Atsuki. "ada orang yang lebih baik tidak kita berikan maaf. Dan tampaknya orang itu ada di hadapan kita kali ini."

"Senpai...," desis Rito. Kemudian, dia memberanikan diri menatap sang ayah. "Ayah, untuk kali ini, aku terpaksa harus menentangmu. Menentang semua perintah yang kau berikan, termasuk menjadikanku sebagai boneka untuk memuaskan nafsu kotor selama bertahun-tahun. Kau memang sudah tidak pantas untuk hidup."

Atsuki merasakan amarahnya meningkat mendengar ucapan anaknya. "Jadi begitu, ya... kau memutuskan untuk mengikuti apa yang ibumu lakukan...," dia mengangkat belati tinggi-tinggi dan berjalan ke arah Rito, sementara laki-laki itu mundur perlahan melihat sang ayah mendekat. "jika memang itu keinginanmu... maka aku tidak punya pilihan lain... selain membunuhmu saat ini juga!"

Tangan Atsuki sudah akan menikam Rito. Tsubaki langsung menarik tangan Rito, sementara Shiragiku segera menahan tangan Atsuki dan menarik belati dari genggaman pria tersebut. Dan entah kekuatan dari mana, gadis itu mampu mendapatkan kembali belati perak itu, meski harus menahan perih di kedua lengan.

Atsuki berjengit. "Kau...!"

"Aku takkan memaafkanmu karena telah menghabisi nyawa teman-teman kami. Dan menghabisi nyawa orang yang harusnya bisa melindungiku," desisnya. Shiragiku kemudian mengambil bongkahan kayu di dekat dan memukul wajah pria tersebut sekeras mungkin. "Jangan halangi kami lagi, Akizuki Atsuki! Terbakarlah kau dengan dosa-dosamu!"

"AARGHHHH!!!" Atsuki berteriak saat wajahnya terkena bara api dari kayu itu. "Wajahku! Wajahkuuu!!!"

Rito bangkit, kemudian berujar kepada ayahnya. "Maafkan aku, Ayah... tidak, Akizuki Atsuki!" tanpa ragu pun dia mendorong Atsuki ke arah reruntuhan hingga pria itu terjerembap. Tanpa berpikir panjang, laki-laki tersebut menoleh ke arah si kembar.

"Rito...," ujar Tsubaki. "Terima ka—"

Kalimatnya terputus ketika dia melihat tangan Rito memegang sebilah kayu tajam yang menikam dada Shiragiku. Tsubaki tidak mampu bergerak melihat kembarannya jatuh terduduk dan memuntahkan darah.

"Shiragiku!" Tsubaki bergegas menghampiri kembarannya yang sudah terhuyung dan nyaris tumbang. Dia berpaling ke arah Rito. "Sialan! Apa yang kau lakukan kepada kembaranku?!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[End] Chrysanthemum & Camellia 3: Final JudgementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang