Forty Ninth Petal

38 5 12
                                    

"Tidak biasanya kau bersikap begini."

Shiragiku menghentikan langkah dan melirik ke belakang, terlihat sosok laki-laki berkimono biru dan outer hijau yang berdiri dengan kedua tangan dilipat. Tanpa melihat pun dia tahu siapa yang sedang mengajaknya berbicara saat ini. "Kapan kau pulang?"

"Baru saja tadi, tak lama setelah kau pulang. Aku pulang cepat karena tenchou ada keperluan. Toko antik juga sedang sepi hari ini."

"Lalu apa yang kau inginkan?"

"Berbicara denganmu, tentang orang itu."

"Tentang Atsuki?"

"Siapa lagi? Dia tipe orang yang akan melakukan apapun untuk mendapatkan yang diinginkan. Termasuk menyakiti seseorang. Dan Atsuki melebihi semua itu." Shion berjalan mendekati adiknya. "Tampaknya kau tidak sadar. Masih untung tidak ada yang melihatmu membakar surat pernikahan itu. Kecuali aku, tentu."

Shiragiku tertegun mendengar kalimat kakaknya. Dia mendekap tantou di tangannya.

"Jadi? Aku tidak akan marah kalau kau jujur," kata Shion lagi.

Gadis bermanik merah itu menunduk sedikit. "Aku melakukannya tanpa menyadarinya...,"

"Apa maksudmu?"

"Sesuatu menginginkanku untuk melakukan itu. Aku tahu aku tidak mau ibu menikah lagi, tapi...," Shiragiku terdiam sesaat. "Surat itu memang harus dibakar. Karena ibu tidak perlu melihatnya."

Shion menaikkan sebelah alis. "Kau melakukan apa yang hatimu inginkan, dan membakar surat pernikahan itu."

Lawan bicaranya mengangguk. "Bahkan aku tidak mau melakukan hal itu. Tapi sesuatu membuatku sadar jika hal itu harus dilakukan."

Shion menghela napas. "Dan kau melakukan hal yang benar."

Shiragiku tertegun. "Eh?"

"Aku akan melakukan hal serupa kalau aku jadi kau. Lagipula Atsuki memang tidak pantas mendapatkan wanita sebaik ibu. Dan kita tahu ayah maupun ibu tidak pernah mengajukan perceraian."

Si krisantemum putih merasakan hatinya dicekat kesedihan. "Ayah...,"

"Percayalah kepadaku, Shiragiku. Bahkan jika beliau kabur dari kediaman, beliau tidak akan pernah melupakanmu. Melupakan kita. Atsuki tidak seperti yang kau pikirkan. Dia lebih dari apa yang kau dengar dariku."

Shiragiku hanya menundukkan kepala, menatap kedua kakinya. Dia pertama kali mendengar tentang Atsuki dari Shion, kemudian mendengar rencana liciknya sendiri. Lalu menemukan fakta jika anak dari pria yang berusaha membuat keluarga ini semakin retak ternyata adalah adik kelas yang sudah menindasnya secara tidak langsung. Semua itu terjadi dengan cepat.

"Mau sampai kapan kegilaan ini berlangsung...," batin Shiragiku.

*

Jam enam...

"Aku pulang."

Tsubaki melangkah masuk dan berjalan menuju ruang utama. Dia melihat kakaknya yang sedang duduk sambil membaca di taman dalam. Laki-laki itu menoleh ketika adiknya muncul. "Oh, selamat datang kembali, Tsubaki."

"Ah, Shion-nii sudah pulang? Kukira kau pulang jam tujuh," kata Tsubaki.

"Tenchou sedang ada keperluan, jadi dia memintaku menutup toko lebih awal. Kau sendiri tumben pulang lebih telat dari Shiragiku."

"Shiragiku tidak enak badan, jadi dia langsung pulang waktu pergantian jam pelajaran terakhir. Ngomong-ngomong dia dimana?"

"Di kamarnya, kemungkinan sudah tidur duluan."

[End] Chrysanthemum & Camellia 3: Final JudgementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang