-5-

57 3 5
                                    

Rumor tentang hubungan istimewa Kayla dengan dokter Agha meredup dengan seiringnya waktu, ditambah dengan kabar mengejutkan kalau Maulyn akan menikah dengan Mas Adi, jadi orang-orang sekarang lebih berfokus ke hubungan mereka dibandingkan dengan rumornya Kayla.

"Mereka pacaran? Beneran? Sejak kapan?" tanya Mbak Itin.

"Adi... Adi... diam-diam menghanyutkan. Mantap sekali dia bisa dapatin si Maulyn." Ujar Mas Yudha. Mas-mas yang lain hanya tertawa mendengar perkataan dari Mas Yudha, sudah jelas yang dimaksud oleh Mas Yudha itu tersirat kata-kata pelecehan, karena orang-orang mengetahui kalau Maulyn memiliki bentuk tubuh yang bagus, bahkan Kayla terkadang merasa iri melihat bentuk tubuhnya Maulyn. 

"Tapi yah sayang banget ga sih? Maulyn itu kan PNS, harusnya bisalah dapat yang lebih dibandingkan si Adi." Sambung mbak Itin.

"Kay, kamu kan temannya Maulyn sejak masuk disini. Masa sih kamu ga tau kalau mereka pacaran?" tanya Mas Egi.

Kayla mengangkat bahunya tanda tak tahu dan juga sikap acuh tak acuh. Sebenarnya Kayla sudah tau kalau Maulyn dan Mas Adi berpacaran, namun Kayla tidak terlalu mengurusi hubungan orang, selama mereka bahagia, toh buat apa juga ikut campur didalam hubungan orang.

"Tapi Mbak... Mas... bukannya kita harusnya menyelamati mereka yah? Toh mereka menikah juga karena sudah sama-sama cocok dan siap. Mungkin ada sikap dan suatu hal yang ga kita ketahui dari Mas Adi, mungkin sikap itulah yang ditunjukkan oleh Mas Adi didepan Maulyn. Kita ga punya hak untuk mencampuri urusan hubungan mereka, kalau memang mereka jodoh dan saling cinta mau gimana?" Setelah berkata seperti itu Kayla mengambil tasnya lalu keluar dari ruangan radiologi IGD.

"Mau kemana Kay?" tanya mbak Itin.

"Pulanglah mbak, sudah lewat 20 menit dari shift ku."

***

Namun nyatanya Kayla tidak langsung pulang ke kosan, ia pergi taman yang masih berada didalam kawasan rumah sakit. Ia merasa kesal akibat kelakuan para seniornya saat menanggapi rencana pernikahan Maulyn dan Mas Adi. Saat ia sedang duduk dibangku taman, ada seorang anak kecil memperhatikannya, dari pakaiannya sepertinya anak itu salah seorang pasien anak dirumah sakit ini.

"Hai... Ada apa? Namanya siapa?" tanya Kayla dengan nada ramah.

"Huaaaa... mama..." Walau Kayla sudah bertanya dengan nada seramah mungkin, anak itu malah nangis.

"Eh... Lho...? Cup... cup... jangan nangis. Duh mamanya kemana ini?" Kayla semakin bingung karena anak ini menangis semakin keras.

Saat Kayla sedang kebingungan ada sesosok berjas putih langsung menggendong anak tersebut, ternyata orang itu adalah Dokter Agha.

"Anakmu?" tanyanya sambil berusaha menenangkan anak itu.

"Bukanlah! Anak itu tiba-tiba didepanku, pas aku tanya dia malah nangis."

Akhirnya anak itu tenang juga, ia tertidur digendongan Agha akibat lelah menangis. Agha meminta Kayla untuk melihat gelang identitas yang melingkar dipergelangan tangan anak itu. Gelang yang berisikan identitas pasien dan juga ruangan tempat pasien tersebut dirawat. Akhirnya berkat gelang tersebut, anak itu kembali dengan selamat ke kamarnya.

"Ibu anaknya tolong diawasi ya, jangan dibiarkan berkeliaran sendiri seperti tadi." Ujar Agha dengan nada yang sedikit tinggi, sebagai dokter ia wajar saja marah karena pasien anak dibiarkan pergi sendirian tanpa pengawasan sama sekali. Jika terjadi sesuatu nanti yang disalahkan malah pihak rumah sakit.

Kayla menarik lengan snelli-nya Agha berusaha mengajaknya untuk keluar, akhirnya Agha mau untuk keluar setelah menasehati ibu dari anak itu. Mereka kembali ke taman, lalu duduk disalah satu bangku yang kosong disana.

X-pecialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang