Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Salfira berjalan masuk perlahan menuju pintu dapur, tempat dimana terlihat Bu Rani sedang berbincang-bincang dengan Genta yang entah apa topiknya hingga membuat mereka begitu senang berbincang lama-lama.
Salfira semakin was-was. Bisa saja laki-laki itu memiliki modus yang sama dengan Tara, kakak kelas brengsek itu. Tapi kalo di lihat dari penampilan laki-laki itu, jelas dia adalah laki-laki dewasa.
Pastinya laki-laki itu tidak akan berbuat seperti Tara. Salfira menggelengkan kepalanya, bagaimanapun rupa laki-laki itu dan seperti apapun perilaku laki-laki itu, dia harus tetap waspada agar tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan nantinya.
“Assalamu’alaikum, Bu,” ucap Salfira dengan ceria dan cengiran khasnya. Salim dengan Bu Rani kemudian memeluknya erat.
Pandangan Salfira kemudian teralih pada Genta. Gebta yang di tatap oleh Salfira pun hanya menyapa dengan senyum kakunya. Mungkin dia merasa tak enak hati karena ekspresi Salfira yang mengintimidasi sedari tadi saat masuk ke area dapur panti.
“Dari tadi, Bu. Hehe ... Fira tadi di luar dulu ngobrol sama Runa. Oh iya, Fira mau tidur di sini.”
“Oh iya, Nak. Kamu taruh tas kamu ke kamar Runa ya.”
“Siap, Bu.” Salfira mwnegakkan kepalanya dan memberi hormat pada Bu Rani dengan senyumnya. Setelah itu Salfira berlalu pergi ke kamar Runa dan langkah Salfira terus di tatap oleh Genta hingga tertelan pintu.
“Kenapa Nak Genta?”
“Ah, nggak apa-apa, Bu. Itu saya ngerasa kayak gimana gitu, Bu. Tatapannya tadi nggak enak ke saya,”jelas Genta sambil menggaruk tengkuknya.
“Hmm ... Ini berkaitan dengan Runa, Nak. Ibu tahu kamu anak yang baik dan tentang niat kamu yang sudah kamu utarakan tadi ke Ibu, ibu sangat senang dengan itu. Tapi masalahnya apakah Runa sendiri mau menjalani semua itu sementara dirinya saja menutup diri. Dan tadi itu sahabatnya Runa. Saksi ketika Runa di temukan dalam keadaan yang menyedihkan. Sebenarnya Ibu nggak mau ceritain karena ini adalah kehidupan Runa dan kamu berhak tau dari Runa sendiri. Tapi Ibu sadar dia nggak akan bisa cerita dengan mudah.”
Genta menghela nafasnya pelan. Pantas saja gadis yang di panggil Salfira tadi terlihat tidaj bersahabat menatapnya. Genta mengusap keringat dinginnya yang sudah terkumpul di dahinya. Cukup menegangkan baginya yang baru pertama kalinya meminta izin memiliki hubungan serius dengan seorang gadis. Meskipun Bu Rani terlihat senang-senang saja, bukan berarti ini akan berjalan mulus nanti.
Bu Rani bisa saja setuju dengan keputusannya, tapi Runa. Gadis itu pasti dengan mudah menendang Genta mentah-mentah setelah mengatakan keinginannya. Di tambah lagi dengan adanya sahabat Runa yang sepertinya siap 24 jam menjaga Runa dari siapapun termasuk dirinya.