Chapter 11

4 0 0
                                    

Satu minggu berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu minggu berlalu. Berbagai kejadian alam berlalu begitu cepat semenjak pernyataan rasa dari Genta untuk Runa. Tidak ada yang berubah memang dengan keadaan panti.

Sebelum Genta mengucapkan kalimat sakral berupa lamaran pada Runa di masjid kala itu atau sesudahnya, tidak ada yang berbeda.

Runa hanya berubah sekian persen menurut Genta dan Bu Rani. Untuk Salfira, entah selama seminggu ini dia begitu sulit di hubungi oleh Runa. Sedangkan Runa sendiri tidak berani mendatangi kediamannya. Untuk keluar panti saja, Runa hanya berani di taman saja.

Tidak seperti biasanya di pagi yang sudah terik di hari Selasa. Runa tidak duduk di kursi taman, membaca novel sembari menjaga adik-adik pantinya. Sedang apakah dia? Apakah depresinya kembali?

Di balik pintu berwarna coklat, Runa sedang duduk menatap cermin di meja riasnya. Memoles make-up di wajahnya? Tidak, dia tidak sepandai itu mengaplikasikan make-up. Dia hanya bisa memakai bedak bayi dan juga lipbalm, itupun harus berguru begitu lama pada Salfira.

Runa menatap setiap inchi wajahnya di cermin, matanya terus memandang sambil berkedip pelan . Dia tidak tahu harus berdandan seperti apa sekarang. Apakah seperti ini saja pantas? Banyak pertanyaan di benaknya yang tidak akan cukup mungkin jika ditulis di kertas note. Jujur saja, jantung Runa berdetak begitu cepat.

Tiga hari yang lalu, Genta sudah memberitahunya bahwa tepat pada hari ini dia akan di ajak ke rumah Genta. Katanya, kedua orang tuanya ingin tau seperti apa orang yang selama ini Genta bicarakan dengan sebutan ‘calon mantu'.

Berkali-kali Runa menarik nafas dalam dan mengeluarkannya. Dia sudah lama tidak keluar jauh dari panti. Belum lagi sekarang dia akan menemui orang tua dari laki-laki yang hendak memperistri dirinya. Kalian bisa menbayangkan seperti apa rasanya, bukan?

Sedangkan Genta, dia tidak tahu harus bagaimana. Orang tuanya begitu senang sampai-sampai Genta tidak boleh berangkat bekerja hari ini. Sejak Genta memberi tahu bahwa dia telah melamar Runa, Lastri dan Parman tidak henti-hentinya menyunggingkan senyum. Genta di manja tentang ini dan itu.

Bahkan, saat pulang kerja pun, Lastri sudah menyiapkan kopi dan juga air hangat untuk mandi. Tidak sampai di situ, Parman bahkan sampai memberi bonus pada pembeli yang membeli dagangannya jika membeli dengan nominal Rp. 25000,-. Katanya, hitung-hitung sedekah supaya acara Genta di lancarkan oleh Gusti Allah nanti.

Genta hanya diam saja membiarkan tingkah orang tuanya. Ada untungnya juga bagi dia, ibunya tidak lagi bermulut pedas, dirinya selalu dimanja. Rasanya begitu dama berada di rumah, membuat Genta selalu ingin cepat pulang.

Lastri tengah berdendang ria menyanyikan lagu Bengawan Solo sambil menyiapkan jajanan ini dan itu, hasil dari racikan tangan Lastri yang ajaib serba bisa. Sedangkan Parman, dia tengah memilah-milah perhiasan ala Arabian yang akan dia berikan nanti untuk maskawin saat Genta akan mengadakan ijab kabul.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ArunaSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang